Selamat Hari Anak Nasional 23 Juli 2017
10 HAK ANAK INDONESIA BERDASARKAN KONVENSI HAK ANAK PBB TAHUN 1989
10 Hak Anak Indonesia
(Berdasarkan Konvensi Hak Anak PBB tahun 1989)
1. Hak untuk BERMAIN
2. Hak untuk mendapatkan PENDIDIKAN
3. Hak untuk mendapatkan PERLINDUNGAN
4. Hak untuk mendapatkan NAMA (identitas)
5. Hak untuk mendapatkan status KEBANGSAAN
6. Hak untuk mendapatkan MAKANAN
7. Hak untuk mendapatkan akses KESEHATAN
8. Hak untuk mendapatkan REKREASI
9. Hak untuk mendapatkan KESAMAAN
10 Hak untuk memiliki PERAN dalam PEMBANGUNAN
Bila kita berbicara mengenai Hak Anak maka kita harus mengetahui definisi dari anak terlebih dahulu. Adapun menurut Konvensi Hak Anak bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun bahkan UUPA No. 23 Tahun 2002 mendefinisikan anak sejak di dalam kandungan untuk lebih memberikan perlindungan yang menyeluruh terhadap anak. Sejarah dari hak anak itu sendiri tidak terlepas dari beberapa rentang persitiwa berikut :
1923 : Seorang aktivis perempuan bernama Eglantyne Jeb mendeklarasika 10 pernyataan hak – hak anak yaitu hak akan nama dan kewarganegaraan, hak kebangsaan, hak persamaan dan non diskriminasi, hak perlindungan, hak pendidikan, hak bermain, hak rekreasi, hak akan makanan, hak kesehatan dan hak berpartisipasi dalam pembangunan.
1924 : Deklarasi hak anak diadopsi dan disahkan oleh Majelis Umum Liga Bangsa – Bangsa.
1948 : Diumumkan Deklarasi Hak Asasi Manusia.
1959 : PBB mengadopsi Hak – Hak Anak untuk kedua kalinya.
1979 : Disebut juga tahun anak internasional dimana tahun ini juga dibentuk satu komite untuk merumuskan Konvensi Hak Anak (KHA).
1989 : KHA diadposi oleh majelis umum PBB dan pada tanggak 20 November 1989 dimana KHA berisi 54 pasal.
1990 : Indonesia menandatangani KHA di markas besar PBB di New York.
1990 : Indonesia meratifikasi KHA melalui Kepres No. 36 Tahuun 1990 tanggal 25 Agustus 1990.
1990 : 2 September 1990, KHA disepakati sebagai hukum international.
1999 : Indonesia mengeluarkan UU No.30 tahun 1990 oleh HAM.
2002 : Indonesia mengeluarkan UUPA (Undang – Undang Perlindungan Anak) No. 23 Tahun 2002 yangterdiridari14 Bab dan 93 Pasal.
Dan sampai saat ini juga telah dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bertugas mengawasi pemerintah maupun masyarakat dalam rangka pemenuhan hak – hal anak.
Tampilkan postingan dengan label Psikologi Anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Psikologi Anak. Tampilkan semua postingan
Kamis, 20 Juli 2017
Senin, 03 Juli 2017
Surat Undangan Untuk Presiden RI
Cibubur, 3 Juli 2017
dari Komunitas Kacamata Dongeng Cibubur
Kepada Yang Terhormat Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. H. Joko Widodo dan Ibu Negara Republik Indonesia, Ibu Hj. Iriana
Dengan Hormat,
Salam Kenal Kami baru memulai untuk melakukan Kegiatan Dongeng. Kami “Komunitas Kacamata Dongeng”. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Perdana bagi Komunitas Kacamata Dongeng di Cibubur, dengan ini kami informasikan.
Kami Komunitas Kacamata Dongeng (KKD), saat ini baru belajar untuk melaksanakan pengabdian bagi masyarakat kususnya di daerah Desa Ciangsana, Desa Nagrak dan Penduduk Kota Wisata serta Masyarakat di sekitar Cibubur.
Pendiri dari kegiatan ini adalah Kak Dina, Kak Neta dan Ayah Andri setelah menyelesaikan Pelatihan tentang Dongeng di Kompas Gramedia yang di selenggarakan oleh Manajemen Dongeng Inspiratif (MDI). Tercetuslah ide untuk melaksanakan Kegiatan Dongeng di lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab sosial kami. Bulan Juni 2017 kami segera mengurus izin untuk menggunakan lokasi di Taman Pelangi (sebrang Hero Kota Wisata). Kami juga membuka volunteer / Relawan Dongeng.
Melalui surat ini kami menginformasikan di Cibubur dan sekitarnya ada komunitas yang bisa mendukung program pemerintah dalam pengembangan Kecerdasan anak dan kegiatan anak yang menarik di lingkungan kami. Kami mengundang Kepada Yang Terhormat Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. H. Joko Widodo dan Ibu Negara Republik Indonesia, Ibu Hj. Iriana untuk hadir pada Kegiatan Perdana kami dalam Ceria Bersama Dongeng di Cibubur :
Hari Tanggal : Sabtu, 22 Juli 2017
Pukul : 07.30 – 09.00 WIB
Tempat : Taman Pelangi (sebrang Hero Kota Wisata Cibubur)
Demikian surat pemberitahuan kegiatan ini kami sampaikan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Humas kacamata Dongeng
dari Komunitas Kacamata Dongeng Cibubur
Kepada Yang Terhormat Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. H. Joko Widodo dan Ibu Negara Republik Indonesia, Ibu Hj. Iriana
Dengan Hormat,
Salam Kenal Kami baru memulai untuk melakukan Kegiatan Dongeng. Kami “Komunitas Kacamata Dongeng”. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Perdana bagi Komunitas Kacamata Dongeng di Cibubur, dengan ini kami informasikan.
Kami Komunitas Kacamata Dongeng (KKD), saat ini baru belajar untuk melaksanakan pengabdian bagi masyarakat kususnya di daerah Desa Ciangsana, Desa Nagrak dan Penduduk Kota Wisata serta Masyarakat di sekitar Cibubur.
Pendiri dari kegiatan ini adalah Kak Dina, Kak Neta dan Ayah Andri setelah menyelesaikan Pelatihan tentang Dongeng di Kompas Gramedia yang di selenggarakan oleh Manajemen Dongeng Inspiratif (MDI). Tercetuslah ide untuk melaksanakan Kegiatan Dongeng di lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab sosial kami. Bulan Juni 2017 kami segera mengurus izin untuk menggunakan lokasi di Taman Pelangi (sebrang Hero Kota Wisata). Kami juga membuka volunteer / Relawan Dongeng.
Melalui surat ini kami menginformasikan di Cibubur dan sekitarnya ada komunitas yang bisa mendukung program pemerintah dalam pengembangan Kecerdasan anak dan kegiatan anak yang menarik di lingkungan kami. Kami mengundang Kepada Yang Terhormat Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. H. Joko Widodo dan Ibu Negara Republik Indonesia, Ibu Hj. Iriana untuk hadir pada Kegiatan Perdana kami dalam Ceria Bersama Dongeng di Cibubur :
Hari Tanggal : Sabtu, 22 Juli 2017
Pukul : 07.30 – 09.00 WIB
Tempat : Taman Pelangi (sebrang Hero Kota Wisata Cibubur)
Demikian surat pemberitahuan kegiatan ini kami sampaikan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Humas kacamata Dongeng
Label:
#ngampoengfunrun2017,
1000 Startup Digital Jakarta,
bermain,
Cibubur,
dongeng,
event,
ide cerita,
IQ di cibubur,
Psikologi Anak,
Psikologi dewasa,
psikososial,
Seksual
Senin, 10 April 2017
Skizofrenia
ditulis oleh
Widad Zahra Adiba
Mahasiswa Psikologi Universitas Johannes-Gutenberg Mainz, Jerman
yang saat ini sedang internship di Klinik Pelangi
“Skizofrenia adalah penyakit mental yang
ditandai dengan adanya delusi dan halusinasi. Penyebabnya bisa dari
genetik dan bisa diperkuat dari faktor lingkungan juga . Jenis dari Skizo
berbagai macam seperti skizo paranoid dan skizo afektif , yaitu skizofrenia
yang dibarengi dengan episode-episode , misalnya terjadi dua minggu sekali
danterjadi hanya dalam beberapa waktu.
Ciri-ciri penderita skizo adalah muncul delusi dan
halusinasi selama 6 bulan konsisten. Delusi yang berbagai macam jenisnya
seperti contoh di kejar-kejar merasa bahwa dia orang penting dan
delusi tersebut biasanya terkait dengan kondisi-kondisi yang dia hadapai
seperti contoh diatas penderita yang merasa ia selalu diawasi ,
contoh lain yang umum yaitu penderita tidak mendapat perhatian dari
keluarga atau mendapatkan perhatian tapi dengan cara yang salah , ia diatur
sedemikian rupa, sehingga dia merasa terkekang dengan lingkungannya.
Sedangkan halusinasi yaitu bisa mendengarkan suara atau merasakan hal-hal
yang sebenarnya tidak nyata, seperti contoh mendengar suara bom padahal orang
normal tidak bisa mendengar sama sekali . Penderita skizo susah untuk
membedakan mana yang nyata dan mana yang bayangannya.
Skizofrenia bisa diobati dengan pemberian obat
penghilang halusinasi dan memang harus dikontrol skala berkala oleh
psikolog atau psikiatri hingga sembuh total”, jelas Irene Raflesia,
M.Psi,Psikolog Klinis dewasa di Klinik Pelangi
Minggu, 02 April 2017
PEDOFILIA DAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK
ditulis oleh
Widad Zahra Adiba
Mahasiswa Psikologi Universitas Johannes-Gutenberg Mainz, Jerman
yang saat ini sedang internship di Klinik Pelangi
Kabar
terbaru belakangan ini yang cukup memprihatinkan, terutama bagi para
orang tua adalah ditemukan akun grup Facebook bernama Loly Candy
Official yang memuat kurang lebih 600 foto dan video ponografi anak
usia di bawah umur. Karena korbannya adalah anak anak, banyak orang yang
salah kaprah mengatakan bahwa pemilik dan anggota Akun FB tersebut
adalah ‘Pedofil’. Nyatanya, tidak semua pelaku kekerasan terhadap anak
adalah penderita Pedofilia.
Untuk
mengetahui apakah sesorang penderita Pedofilia atau tidak, membutuhkan
waktu yang tidak singkat dan hanya dapat dilakukan oleh psikiater
forensik. Dikutip dari siaran pers PAI (Proklamasi Anak Indonesia) oleh
Mamik Sri Supatmi, Dosen Kriminologi UI, “Mendefinisikan pelaku
kejahatan seksual pada anak sebagai Pedofil dan pendefinisian Pedofil
terhadap tersangka akun Grup FB Loly Candy tanpa pemeriksaan medis tidak
dibenarkan dan dikhawatirkan menimbulkan masalah baru”. Potensi
meringankan atau menghapus kesalahan orang dengan penyakit jiwa dapat
ditemukan pada peraturan Undang-Undang Hukum, pasal 44 KUHP sehingga
menyebut pelaku kekerasan seksual terhadap anak sebagai Pedofilia
berpotensi untuk digunakan sebagai alasan pemaaf bagi para pelaku. Oleh
karena itu, sebaiknya penyebutan Pedofilia dalam pemberitaan kasus
kekerasan seksual diganti dengan sebutan pelaku kekerasan seksual anak.

Lalu
bagaimana cara penanganan penderita Pedofilia? “Penanganannya cukup
kompleks karena biasanya para penderita Parafilia tidak mencari bantuan
untuk gangguannya. Penanganan pada akhirnya ‘dipaksakan’ karena ia
tertangkap dalam kasus kekerasan seksualnya. Treatment atau intervensi penanganan Pedofilia bisa secara biologis maupun psikologis“, tambah Psikolog Sinta.
“Secara psikologis bisa dilakukan dengan terapi modifikasi perilaku. Contohnya dengan aversion therapy
yang bertujuan menghilangkan respon seksual terhadap objek atau situasi
yang membuat penderita terangsang secara seksual. Tekniknya adalah
dengan memberikan exposure yang tidak mengenakkan, bisa dengan
suara keras atau setrum listrik dalam kadar aman saat penderita melihat
gambar atau subjek yang merangsang baginya”.
“Prosedur desensitization
untuk mengurangi rasa cemas juga bisa dilakukan pada penderita.
Misalnya penderita diajarkan teknik relaksasi sambil perlahan membangun
visualisasi relasi seksual yang normal dengan sesama orang
dewasa. Terapi kognitif juga bisa dilakukan bersamaan dengan terapi
perilaku, untuk membantu penderita belajar teknik sosialisasi yang bisa
diterima lingkungan, tanpa melakukan hal-hal yang menyimpang secara
seksual “.
Salah
satu Psikolog Klinis Anak dari Klinik Pelangi, Gisella Tani Pratiwi,
M.Psi menjelaskan bahwa banyaknya kasus kekerasan seksual anak (KSA)
menyebabkan masyarakat sekarang semakin sadar bahwa kekerasan seksual
adalah bentuk kriminalitas yang melanggar hukum. Kesadaran tersebut baik
karena diharapkan dapat meminimalisir kasus KSA. Psikolog yang biasa
disapa Ella ini yakin bahwa masih banyak kasus kekerasan seksual anak
yang belum terungkap karena masih dianggap tabu dan memalukan.
Menurutnya, kemampuan negara untuk mencegah dan menangani kasus KSA
masih sangat minim dan kurang baik. Oleh sebab itu, banyak pekerjaan
yang perlu dilakukan bersama-sama untuk menangani KSA secara menyeluruh.
Hal ini juga diakui oleh psikolog
Sinta bahwa jumlah anak-anak korban kekerasan seksual pada kasus waktu
lalu tersebut sangat banyak dan juga sangat memprihatinkan. “Fenomena
ini seperti gunung es, dimana pastinya banyak sekali hal yang harus
dibereskan dari dasarnya, terutama dalam penanganan para korban,
penanganan para pelaku, penanganan para ‘penikmat’ video di grup FB
tersebut, dan juga memberikan edukasi bagi para orang tua korban. Banyak
sekali masalah yang harus dibereskan dari kasus ini”, tegas psikolog Sinta.
Tentu
kasus ini juga membuat orang tua was-was akan sang buah hati. Lalu apa
saja hal yang bisa dilakukan orang tua untuk melindungi buah hatinya
dari kekerasan seksual? Berikut ini adalah tips dari psikolog Sinta dan psikolog Ella :
- Pengawasan yang cukup pada anak
Disarankan
orang tua perlu memiliki pengawasan yang cukup ketat pada anaknya.
Ketat dalam artian orang tua harus mengetahui dengan siapa saja anak
berinteraksi setiap harinya. Pelaku kekerasan seksual bisa mendekati
anak dengan cara-cara yang tersamar sehingga seringkali orang tua kurang
waspada. Kerjasama dengan pihak sekolah, pengasuh, dan mereka yang
berinteraksi dengan anak sehari-hari, harus terjalin dengan baik
sehingga meskipun orang tua bekerja, orang tua masih bisa mengawasi
anak terus-menerus lewat bantuan pengawasan orang-orang terdekat.
- Berikan pengetahuan sex education pada anak sejak dini
Orang tua harus membekali anak dengan pengetahuan tentang sex education
sejak dini, tetapi tentunya pilih yang sesuai dengan taraf kematangan
anak. Saat ini banyak buku dan media ajar bagi anak untuk memberikan
pemahaman mengenai sex education yang sesuai untuk tahapan usia
anak. Misalnya mengajarkan anak untuk bisa menolak dengan tegas kalau
ada orang lain yang ingin menyentuhnya di bagian tubuh yang tertutup
pakaian dalam, dan lainnya. Berikut adalah panduan mengenai hal ini :
- Pada anak usia TK sampai SD kelas 3 atau 4 : perlu mengenali bagian-bagian anggota tubuh serta fungsinya, mengetahui bagian tubuh yang pribadi atau private (bagian tubuh yg ditutupi pakaian dalam dan juga bagian mulut) yang tidak boleh disentuh atau diperlihatkan kepada sembarang orang, kemudian ajarkan sentuhan aman dan tidak aman. Sentuhan aman yang dimaksud adalah yang bertujuan membuat sehat dan bersih, seperti ketika diperiksa dokter. Selain itu menghargai tubuh dengan berani berkata tidak ketika ada yg memaksa melakukan sentuhan tidak aman pada bagian tubuh pribadi (private)
- Pada anak usia pra remaja dan remaja : perlu ditambahkan tentang edukasi mengenai perubahan-perubahan yang akan atau telah dialami ketika pubertas, mulai dari perubahan fisik hormonal sampai perubahan psikologis seperti adanya dorongan seksual, emosi yang fluktuatif, dan sebagainya. Selain itu, terbukalah akan hal-hal khusus yang menjadi perhatian atau masalah pada remaja sehingga remaja dapat berdiskusi dengan orang yang tepat.
Terkadang orang tua merasa canggung untuk membicarakan hal hal yang berbau sex education kepada anak, memberikan buku yang mengajarkan sex education juga bisa menjadi sarana bagi para orang tua, seperti buku yang berjudul ‘Ngobrol Soal Tubuh dan Seksualitas’ oleh Kristi Poerwandani dan Habsjah.
- Pengawasan akses sosial media pada anak
Sebaiknya anak-anak tidak diberikan akses ke sosial media hingga usianya cukup matang secara emosi. Penggunaan gadget
untuk akses ke sosial media juga harus diawasi dan kalaupun dilakukan,
orang tua harus punya akses juga ke sosial media anaknya.
- Bangun komunikasi dan relasi yang hangat dengan anak
Orang
tua perlu membangun komunikasi dan relasi yang hangat dengan anak agar
anak mau terbuka menceritakan segala kejadian yang menimpanya. Orang tua
juga perlu berdiskusi dengan anak mengenai pergaulan anak, maraknya
informasi dan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Tujuannya agar
anak tidak segan dan tidak malu bertanya kepada orang tua, terutama
terkait dengan isu seksualitasnya. Akan lebih baik bila anak bertanya
kepada orang tuanya daripada bertanya kepada teman atau mencari tahu di
internet yang tidak jelas sumber kebenarannya.
- Bimbing dan ketahui aktivitas yang anak lakukan, arahkan anak pada kegiatan positif dengan lingkungan yang membawa pengaruh baik bagi anak
Orang
tua perlu mengetahui aktivitas keseharian yang dilakukan anak. Arahkan
anak untuk mengikuti kegiatan positif yang berguna bagi dirinya,
misalnya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler seni, olahraga serta
kegiatan organisasi ataupun komunitas yang sesuai dengan hobi.
Narasumber :
- Sinta Mira, M.Psi, Psikolog Klinis Dewasa di Klinik Pelangi
- Gisella Tani Pratiwi, M.Psi, Psikolog Klinis Dewasa di Klinik Pelangi
Sumber Referensi:
DSM-5 (Diagnostic and Statistic Manual edisi kelima). (2013). Arlington, USA : American
Psychiatric Association.
PAI (Proklamasi Anak Indonesia). (2017). Artikel Siaran Pers: Hentikan Penyebutan Pedofil
Untuk Pelaku Kejahatan Seksual Terhadap Anak. Indonesia : Jakarta.
Poerwandani, K. dan Habsjah, A. (2006). Buku ‘Ngobrol Soal Tubuh dan Seksualitas’.
Jakarta : Penerbit Program Kajian Wanita Program Pascasarjana UI
Label:
Dunia Kerja,
ide cerita,
Kekerasan anak,
Kekerasan Seksual pada Anak,
Pedofilia,
Psikologi,
Psikologi Anak,
Psikologi dewasa,
psikososial,
Seksual,
Tips Anti Kekerasan
Sabtu, 01 April 2017
Pentingnya Mengajarkan Toleransi dan Mengenalkan Anak tentang Keberagaman Sejak Dini
ditulis oleh
Widad Zahra Adiba
Mahasiswa Psikologi Universitas Johannes-Gutenberg Mainz, Jerman
yang saat ini sedang internship di Klinik Pelangi
Sudah
banyak sekali contoh yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari dan
di seluruh belahan dunia tentang semakin menipisnya nilai toleransi.
Seperti halnya di Amerika serikat, ada ketidaksetaraan terhadap
masyarakat kulit hitam sejak dulu, kemudian saat ini muncul beberapa
kebijakan yang tidak ramah terhadap imigran. Di beberapa negara, seperti
Arab Saudi dan Mesir memberikan kelompok pria quota yang lebih besar
dibandingkan perempuan untuk mengakses ruang publik dan bidang
profesional. Contoh lainnya di Indonesia semasa proses kampanye
pemilihan gubernur DKI Jakarta yang sempat diwarnai oleh isu SARA serta
turut menimbulkan percekcokan di berbagai kalangan.
Yang
memprihatinkan adalah nasib generasi muda bangsa kita, dikhawatirkan
mengikuti arus zaman yang semakin lama semakin kehilangan makna
toleransi antarsesama. Padahal toleransi sangat penting untuk
diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari agar dapat mudah menerima
perbedaan tanpa menghakimi satu sama lain yang nantinya bisa menimbulkan
masalah-masalah baru. Seperti yang dialami oleh penulis sendiri, yang
adalah seorang Mahasiswa Indonesia yang sekarang kuliah dan hidup di
Jerman. Di sana, baik itu di Universitas, di tempat kerja sambilan, di
lingkungan tempat tinggal, dan lainnya kita pasti bertemu dengan
teman-teman baru dari cakupan internasional. Tidak hanya yang berasal
dari Jerman saja, banyak juga yang datang dari negara lain, seperti
Amerika, Jepang, Brazil, Albania, Ekuador, Korea, dan masih banyak lagi
dengan latar belakang yang berbeda. Untuk dapat berbaur dan bekerja
sama, kita perlu terbuka dan menerima perbedaan tersebut. Dengan adanya
toleransi, pikiran terbuka, dan saling menghargailah yang membuat kita
semua berteman.
Banyak
orang tua di Indonesia yang memilih menyekolahkan anak di sekolah yang
homogen, seperti sekolah berbasis agama, dengan berbagai tujuan. Hal ini
tidaklah salah, melainkan pengelompokan pada suatu kelompok tertentu
yang terkadang membuat sulit untuk mengenalkan anak bahwa sebenarnya
Indonesia adalah negara yang sangat beragam, dari segi agama, budaya,
bahasa daerah, suku, ras dan lainnya.

“Perbedaan adalah sesuatu yang tidak bisa
dihindari, karena setiap orang tentunya berbeda-beda. Anak kembar
sekalipun pasti berbeda, dari sifat, kebiasaan, sampai kepribadiannya.
Ketika kita hidup bermasyarakat, kita perlu mengembangkan sikap
toleransi agar kita dapat menghargai orang lain yang berbeda dari kita,
seperti perbedaan pendapat, perilaku, kebiasaan, karakter, dan
lain-lain”, jelas Reneta Kristiani M.Psi., seorang Psikolog Klinis Anak
dari Klinik Pelangi di Kota Wisata, Cibubur mengenai pengertian
toleransi. Psikolog yang biasa disapa Neta ini menjelaskan bahwa setiap
orang itu diciptakan Tuhan unik dengan perbedaan masing-masing. Oleh
karena itu, perbedaan sebaiknya bukan menjadi sumber konflik atau suatu
bahan cemoohan atau ejekan, tetapi justru dengan perbedaan itu sendiri
dunia menjadi kaya akan keberagaman, indah, dan tidak membosankan”.
Sangat penting mengajarkan toleransi kepada anak agar anak bisa
menghargai orang lain yang berbeda darinya. Berikut tips-tips yang bisa
dilakukan orang tua di rumah untuk mengajarkan anak tentang toleransi
dan mengenalkan pada keberagaman :
1. Mengenalkan perbedaan dari lingkungan terkecil

- Belajar menghargai pendapat orang lain
Seringkali
kita temukan dalam keluarga adanya perbedaan pendapat. Contoh kecil
adalah adik ingin makan di restoran A, tetapi kakak ingin makan di
restoran B. Orang tua sebaiknya menengahi dan memberikan solusi agar
anak bisa belajar untuk menghargai perbedaan pendapat tersebut dan
berdiskusi untuk mencapai kesepakatan. Misalnya, minggu ini makan di
restoran A terlebih dahulu dan minggu depan makan di restoran B sehingga
anak terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya dan juga menghargai
pendapat orang lain yang berbeda darinya serta dapat menyelesaikan
masalah dengan bermusyawarah untuk mencapai mufakat.
- Mengajarkan anak untuk saling berbagi
Jika
anak sejak dini sudah diajarkan untuk saling berbagi, kelak dewasa
nanti akan menjadi terbiasa untuk berbagi tanpa memilih-milih dan
membeda-bedakan orang lain. Anak perlu diperkenalkan dengan berbagai
komunitas yang berbeda dengannya, misalnya belajar berbagi dengan
anak-anak lain di Panti Asuhan.
- Mengajarkan anak untuk bermain dengan siapa saja
Setelah
lingkungan keluarga, sekolah adalah lingkungan kedua yang ditemui anak.
Di sekolah tentunya anak akan menemui teman yang berbeda dari dirinya,
karena teman-teman tersebut dibesarkan di lingkungan keluarga yang
berbeda darinya. Walaupun di dalam sekolah homogen sekalipun, pasti
tetap saja ada perbedaan, seperti fisik, kebiasaan, pola asuh keluarga,
dsb. Sebaiknya orang tua jangan bosan-bosan mengajak anak berbicara dan
bertanya mengenai siapa saja teman bermainnya. “Tekankan kepada anak
untuk bermain dengan siapa saja, tidak memilih-milih teman bermain dan
tidak membeda-bedakan. Memberikan anak-anak kesempatan bermain dengan
tetangga yang beraneka ragam juga sangat disarankan”, ungkap Rita.
- Berkumpul dengan keluarga besar
“Ajak
anak berkumpul bersama keluarga besar, sehingga anak dapat lebih
mengenal keluarga besar dan perbedaan karakter masing-masing orang dalam
keluarga besar” tutur Rita.
- Ajarkan anak untuk fleksibel
“Selain itu, fleksibilitas
sangat penting agar anak dapat menerima perbedaan dan juga belajar
bermasyarakat, karena di masyarakat kita tidak bisa memaksakan pandangan
orang lain harus sama dengan pandangan yang kita miliki. Kita justru
harus terbuka, open mind untuk bisa beradaptasi, menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang berbeda.Jika anak kita sudah besar dan akan
kuliah di luar kota, anak tentu harus belajar beradaptasi di lingkungan
setempat. Belum lagi jika harus kuliah keluar negeri yang nantinya perlu
belajar mengenal perbedaan di luar negeri, misalnya mengetahui adat
istiadat dan budaya masyarakat setempat serta berbagai peraturan di
negara tersebut. Oleh sebab itu, untuk mencegah culture shock (gegar budaya), anak perlu belajar beradaptasi dan bertoleransi menerima perbedaan yang ada”, jelas psikolog Neta.
- Mengajarkan anak tentang toleransi lewat dongeng, buku cerita atau film
Jika anak sudah agak besar, anak bisa diajak berdiskusi lewat film-film yang mengandung unsur toleransi, seperti film Zootopia. Film itu mengajarkan tentang perbedaan dan pentingnya untuk tidak menilai orang sesuai dengan ras-nya (stereotype).
Contohnya kelinci yang dianggap sebagai makhluk yang lemah, justru di d
alam film ini kelinci digambarkan sebagai sosok yang gesit dan dapat
menjadi seorang polisi hebat yang melawan penjahat. Demikian juga dengan
rubah yang dicap (labelling) sebagai binatang yang licik.
Padahal tokoh rubah dalam film ini ingin dapat berbuat baik. Akibatnya
karena merasa tidak dipercaya oleh lingkungan sekitarnya, ia pun
berperilaku sesuai dengan apa yang dicap orang lain, menipu orang lain.
Dari film tersebut tekankan kepada anak bahwa berteman itu tidak boleh
melihat orang dari luarnya saja atau dari stereotype
orang- orang. “Penting untuk tidak saling mengejek atau melabel
seseorang dari ciri fisik tertentu, ras, suku ataupun agama. Ajarkan
kepada anak bahwa yang terpenting adalah hati dan prestasinya, bukan
dari atribut yang sudah terberi sejak lahir (seperti ciri fisik, warna
kulit, dll)”, jelas psikolog Neta. Selain itu, buku-buku cerita tentang
kebudayaan juga bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan anak pada
keberagaman dan toleransi, contohnya buku dongeng berjudul ‘Ya, Kami
Berbeda’ , ‘Ketika DamDam Kehilangan Wajahnya’, ‘Barongan Kecil’, ‘The Ugly Duck‘, dsb.
8. Mengajarkan anak untuk menerima diri apa adanya
Banyak iklan-iklan yang mengubah image orang lain terhadap dirinya sendiri, seperti iklan kecantikan memberikan image bahwa
cantik itu harus berkulit putih, berambut panjang dan langsing,
sehingga anak menjadi kurang percaya diri jika dirinya tidak sama dengan
image yang diberikan oleh iklan tersebut. Padahal sebenarnya
standard kecantikan itu berbeda-beda. Penting bagi anak untuk menerima
dirinya apa adanya dan tidak terpengaruh iklan. Ajarkan anak untuk
menghargai diri sendiri agar dapat terbentuk konsep diri yang baik
sehingga anak tidak membeda-bedakan orang lain dan mengejek orang lain
hanya karena ciri fisiknya yang berbeda.
9. Doronglah anak supaya bergaul, tidak hanya sibuk belajar di sekolah
Jika
anak sudah mulai beranjak remaja, ajak anak untuk ikut aktif dalam
kegiatan berorganisasi. Karena dari pergaulan tersebut, anak bisa
mengenali karakter orang lain dan belajar untuk menerima perbedaan,
kelemahan dan kelebihan teman-temannya. Jika anak dari kecil susah
bergaul, nanti saat dewasa kelak dikhawatirkan tidak bisa menerima
perbedaan orang di lingkungannya, merasa dirinya paling benar, egois
dan tertutup.
Narasumber :
- Masniarita Siburian Silalahi (Rita), pengelola dan pendiri ICA (Indonesian Cultural Adventure) http://www.cultureofindonesia.info/
- Reneta Kristiani, M.Psi. (Psikolog Neta), Psikolog Klinis Anak di Klinik Pelangi http://klinikpelangi.com
Sumber Referensi :
http://print.kompas.com/baca/sosok/2017/02/03/Menyemai-Cinta-pada Keberagaman
http://kompasprint.com/vod/ungkidanrita
http://www.cultureofindonesia.info/

Senin, 13 Maret 2017
Kids Zone di Ngampoeng Fun Run 2017
Kids Zone di acara Ngampoeng Fun Run 2017 di gelar. JAKARTA (12/3/2017) – Alumni Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta, salah satu satuan pendidikan tinggi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menggelar kegiatan Ngampoeng Fun Run 2017 pada Hari Minggu, 12 Maret 2017, Pukul 05.00-12.00 WIB, di Kampus STP, Jl. AUP, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Kegiatan ramah anak ini telah dikonsepkan oleh panita Ngampoeng Fun Run 2017. “Kids Zone” tempat anak – anak dapat beraktifitas dengan Dunia mereka. Di dukung oleh WWF Indonesia dan Klinik Pelangi kegaitan ini menjadi sangat menarik untuk anak – anak.
Diawali dengan mewarnai gambar binatang yang di lindungi, mereka diajak untuk mengenal gambar binatang yang dilindungi, dengan mewarnai gambar, anak- anak diajarkan motorik halus, dan visual gambar binatang.
dilanjutkan dengan menonton film satwa yang hampir punah. Anak anak perlihatkan binatang yang dilindungi, habitat hewan tersebut dialam bebas hingga cara melestarikannya agar tidak punah.
Anak anak yang hadir di Kids Zone sebanyak 80 anak, mereka semua ceria mengikuti rangkaian acara ini. karena pelaksanaannya di Sekolah Tinggi Perikanan, maka dongeng tentang Perikanan yang diceritakan kepada anak – anak di Kids Zone, ceritanya sendiri tentang kehidupan bawah laut yaitu Hiu yang Murah Senyum yang dibawakan oleh Ayah Andri. Setelahnya gerak dan lagu tentang Hiu juga diajarkan kepada anak.
Hal yang menarik lannya pada acara ini adalah anak anak diajarkan membuat tas belanja dari baju bekas, semua anak sangat aktif dalam membuat tas belanja cantik.
Acara di tutup dengan penampilan anak – anak di panggung sepektakuler yang mempresentasikan hasil karyanya berupa tas belanja cantik, serta penampilan Gerak dan Lagu tentang “Baby Shark”.
Link Klinik Pelangi
Link Klinik Pelangi 2
KLINIK PSIKOLOGI Pelangi Cibubur
Amsterdam Boulevard i.1 No 16
Kota Wisata, Cibubur 16968
(Rumah Ballet Destreza dan Elfa’s Music Course )
http://klinikpelangi.com/
klinikpelangi@gmail.com
0812-911-86-736
Klik Lokasi kami
Label:
#1000StartupDigital,
#ngampoengfunrun2017,
#running,
event,
Hobby,
Pendidikan Tinggi,
Play,
Psikologi,
Psikologi Anak,
sosial media,
Sport,
Timbuh kembang anak,
Yoga anak
Senin, 06 Maret 2017
Yoga Anak Cinta Tanah Air
FUN YOGA FOR KIDS
Yoga Anak Cinta Tanah Air diselenggarakan oleh Klinik Pelangi di Mall Ciputra Cibubur
Fun Yoga For Kids adalah kelas yoga untuk anak anak yang dilakukan dengan mendongeng. Kami akan mengadakan Yoga anak dengan Tema “Cinta Tanah Air”. Kegiatan ini akan diadakan pada hari Minggu, tanggal 5 Maret 2017, Pukul 13.00 – 16.00 yang berlokasi di Mall Ciputra Cibubur
Kami dapat informasikan tentang manfaat Yoga bagi anak anak :
Yoga Anak TK Phoenix Kids School Menteng
Klub Anak Amerika
BeatBox Cibubur
berikut hasil Foto setelah kegiatan :
Link A
Link B
Link C
Link D
KLINIK PSIKOLOGI Pelangi Cibubur
Amsterdam Boulevard i.1 No 16
Kota Wisata, Cibubur 16968
(Rumah Ballet Destreza dan Elfa’s Music Course )
http://klinikpelangi.com/
klinikpelangi@gmail.com
0812-911-86-736
Klik Lokasi kami
Yoga Anak Cinta Tanah Air diselenggarakan oleh Klinik Pelangi di Mall Ciputra Cibubur
Fun Yoga For Kids adalah kelas yoga untuk anak anak yang dilakukan dengan mendongeng. Kami akan mengadakan Yoga anak dengan Tema “Cinta Tanah Air”. Kegiatan ini akan diadakan pada hari Minggu, tanggal 5 Maret 2017, Pukul 13.00 – 16.00 yang berlokasi di Mall Ciputra Cibubur
Kami dapat informasikan tentang manfaat Yoga bagi anak anak :
- Membangun fondasi untuk hidup sehat dan sejahtera pada anak.
- Bermanfaat untuk membantu pertumbuhan mental dan fisik.
- Anak-anak dapat menggunakan teknik ketenangan yoga saat mereka berhadapan dengan situasi yang berhubungan dengan jadwal dan kegiatan yang padat dan mempunyai masalah dengan teman sekolahnya.
- Meningkatkan kelenturan, kekuatan, fleksibilitas, koordinasi dan kesadaran tubuh.
- Melatih anak lebih mengenal diri dan kebutuhannya dan mampu mengendalikan emosinya dengan baik.
- Meningkatkan konsentrasi anak dalam belajar.
- Meningkatkan ketenangan dan mengurangi ketegangan pada dirinya.
- Meningkatkan kepercayaan diri bagi anak.
Yoga Anak TK Phoenix Kids School Menteng
Klub Anak Amerika
BeatBox Cibubur
berikut hasil Foto setelah kegiatan :
Link A
Link B
Link C
Link D
KLINIK PSIKOLOGI Pelangi Cibubur
Amsterdam Boulevard i.1 No 16
Kota Wisata, Cibubur 16968
(Rumah Ballet Destreza dan Elfa’s Music Course )
http://klinikpelangi.com/
klinikpelangi@gmail.com
0812-911-86-736
Klik Lokasi kami
Label:
Anak,
bermain,
Bermain dengan anak,
Cerita,
Cibubur,
dongeng,
event,
Hobby,
Menulis Novel,
Pendidikan Tinggi,
Play,
Psikologi,
Psikologi Anak,
Psikologi dewasa,
sosial media,
Timbuh kembang anak,
Yoga anak,
yoga Kids
Kamis, 02 Maret 2017
Mendampingi Individu Menghadapi Penyakit Kronis (Psikososial)
Vonis penyakit
jangka panjang atau kronis terhadap seseorang dapat mengubah banyak sekali
aspek kehidupan secara drastis. Bagi individu yang mengalami sakit kronis,
vonis ini dapat mengganggu citra terhadap diri sendiri dan pandangannya
terhadap kehidupan selanjutnya. Masa depan yang penuh ketidakpastian setelah
menerima vonis menimbulkan penghayatan emosional yang beragam seperti tidak
percaya, marah, kecewa, hingga keputusasaan. Belum lagi tekanan ini ditambah
dengan permasalahan besarnya biaya perawatan yang akan dikeluarkan. Individu
yang mengalami sakit kronis besar kemungkinan mengalami rasa bersalah akibat adanya
tuntutan perawatan penyakitnya terhadap anggota keluarga yang lain (Lawrence,
2012).
Hal yang
sama juga dihadapi oleh anggota keluarga dari individu yang menghadapi vonis tersebut.
Mereka harus mengambil peran sebagai perawat sekaligus juga menanggung sebagian
dari tugas dan tanggung jawab individu yang sakit. Perubahan yang mendadak ini
membutuhkan penyesuaian diri yang cepat pula dari anggota keluarga, terlepas
dari kapasitasnya dalam menghadapi vonis ini. Anggota keluarga dapat mengalami
emosi naik turun seperti rasa berduka, rasa bersalah, takut, frustrasi, cemas,
letih atau kondisi fisik lain ketika menghadapi situasi ini (APA, 2013).
Strategi Keluarga dalam Mendampingi Individu
yang Sakit
Berbagai
strategi dapat digunakan oleh keluarga ketika terdapat anggota yang dihadapkan
pada vonis sakit kronis. Cara-cara yang dapat ditempuh seluruh anggota keluarga
dalam mendampingi individu yang sakit adalah sebagai berikut (Lawrence, 2012):
1. Berkomunikasi satu sama lain
Komunikasi ini diperlukan agar keluarga dapat saling berkomunikasi
secara terbuka tentang penyakit dan perawatan yang diperlukan. Ketika berbicara
tentang hal yang sensitif, pastikan untuk mempertimbangkan sudut pandang
individu yang sakit. Pesan yang akan disampaikan, cara menyampaikan, kapan
pembicaraan dilakukan akan berpengaruh pada penerimaan orang lain. Penting
untuk diperhatikan bahwa anggota keluarga perlu mendiskusikan penyakit terbuka
tentang penyakit, namun tidak diperkenankan untuk membicarakan penyakit guna
mengatur kehidupan sehari-hari individu yang sakit.
2. Katakan apa yang Anda butuhkan
Berbeda orang maka berbeda pula kebutuhan akan dukungan dari orang lain.
Perlu diperhatikan bahwa banyak dukungan belum tentu pasti lebih baik. Yang
terpenting adalah kebutuhan ini perlu dipahami dan bila memungkinkan, dipenuhi.
Selain itu, anggota keluarga perlu belajar untuk menanyakan dukungan seperti
apa yang dibutuhkan dan menghindari asumsi. Sebaliknya individu yang sakit pun
perlu belajar untuk meminta pertolongan bila memang membutuhkan (Bruno, 2012).
3. Meningkatkan dan mengandalkan
dukungan di luar keluarga
Dukungan dari keluarga besar, teman-teman, pihak rumah sakit telah lama
dikenal bermanfaat baik secara fisik maupun psikologis (Bernhard, 2014).
4. Berbagi tugas dan memasukkan tugas
perawatan ke dalam rutinitas sehari-hari
Berbagi tugas dengan anggota keluarga dapat membantu meringankan beban
ketika berperan sebagai perawat. Sangat disarankan untuk melibatkan keluarga
besar dalam merawat individu dengan sakit kronis, misalnya meminta anak untuk
menyiapkan obat dan memastikan obat dimakan pada waktunya, anggota keluarga
secara bergantian mengantar ke dokter untuk pemeriksaan, dan sebagainya.
5. Merawat kesehatan fisik dan
psikologis satu sama lain
Kita tentu tidak dapat merawat dengan baik apabila kesehatan kita
terabaikan. Mengabaikan kesehatan fisik dan psikis akan berdampak buruk
terhadap diri Anda dan keluarga yang sakit (Bernhard, 2014).
Kunci dari keberhasilan
dalam mendampingi individu adalah untuk menemukan keseimbangan (keadaan normal)
yang baru. Tentu keadaan ini tidak akan sama persis seperti sedia kala.
Menghadapi penyakit kronis bersama keluarga dapat memberikan pengalaman baru
sekaligus menumbuhkan makna dan sudut pandang baru khususnya bagi individu yang
mengalami sakit kronis.
Kenali kapan waktunya Anda membutuhkan bantuan
Ketika strategi
di atas ini tak efektif, mungkin inilah saatnya Anda mencari bantuan dari
tenaga ahli. Mengenali kapan waktu yang tepat untuk meminta bantuan sangat
penting untuk mencegah masalah menjadi berlarut.
Tanda-tanda
Anda membutuhkan bantuan tenaga ahli adalah sebagai berikut:
·
Ketika
penyakit kronis mewarnai setiap interaksi keluarga
·
Ketika
strategi yang diterapkan, baik individu yang sakit maupun anggota keluarga,
gagal memenuhi tuntutan perawatan
·
Ketika
satu atau lebih anggota keluarga menerapkan strategi berkomunikasi yang
reaktif, didasari kecemasan,
·
Ketika
keluarga masih terpaku pada fase krisis dan sulit beradaptasi dengan keadaan
baru
Konseling
keluarga dapat membantu keluarga untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang
baru pada saat keluarga menerima vonis. Melalui konseling ini, keluarga
diedukasi tentang penyakitnya dan setiap anggota keluarga diajarkan cara yang
efektif untuk menghadapi permasalahan ini (Lawrence, 2012).
Referensi
APA. (2013).
Coping with a diagnosis of chronic illness. American
Psychological Association, August 2013. Accessed February 26, 2017.
Retrieved from: http://www.apa.org/helpcenter/chronic-illness.aspx
Bernhard, Toni.
(2014). A not-to-do list for caregivers of the chronically ill. Psychology Today, January 2014. Accessed
February 26, 2017. Retreived from: https://www.psychologytoday.com/blog/turning-straw-gold/201401/not-do-list-caregivers-the-chronically-ill
Bruno, Karen.
(2012). 7 ways to keep your relationship strong despite a chronic illness. WebMD, November 2012. Accessed February
26, 2017. Retrieved from: http://www.webmd.com/sex-relationships/features/chronic-illness-seven-relationship-tips?page=2
Lawrence, Erika. (2012). The impact of chronic illness on the family. IGLiving, 20-25.
Retreived from: http://www.IGLiving.comKLINIK PSIKOLOGI Pelangi Cibubur
Amsterdam Boulevard i.1 No 16
Kota Wisata, Cibubur 16968
(Rumah Ballet Destreza dan Elfa’s Music Course )
http://klinikpelangi.com/
klinikpelangi@gmail.com
0812-911-86-736
Klik Lokasi kami
Langganan:
Postingan (Atom)