Jumat, 17 Juni 2016

BERMAIN pada orang Dewasa

foto sinta 1
ditulis oleh Sinta Mira, M.Si, Psi, Psikolog
Psikolog Anak Klinik Psikologi Pelangi
Slide1 Slide2 Slide3 Slide4 Slide5 Slide6 Slide7 Slide8 Slide9 Slide10 Slide11 Slide12 Slide13

Senin, 06 Juni 2016

BERMAIN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN METODE FLOORTIME



Ditulis oleh Natalia, M.Psi, Psikolog Anak
Klinik Psikologi Pelangi

Floortime adalah sebuah pendekatan yang diciptakan oleh  Stanley I. Greenspan dan Serena Wieder, yakni teknik bermain antara orangtua dan anak yang berfokus pada dua hal, yakni :
  1. Orangtua mengikuti arahan, ide, dan kesukaan anak. Tujuan dari mengikuti arahan anak adalah kita sebagai orangtua mencoba untuk masuk ke ‘dunia’ anak, melihat apa yang dipikirkan/ dirasakan anak, apa kesukaan anak dan apa saja yang dianggap penting oleh anak.
  2. Setelah mengikuti arahan anak, secara perlahan orangtua mulai memberikan tantangan untuk meningkatkan potensi anak. Tantangan ini dimaksudkan agar anak-anak bisa lebih mengembangkan minat, kepribadian, dan potensi lain dalam dirinya.
Jadi dapat dikatakan bahwa prinsip utama floortime adalah mencoba memanfaatkan setiap kesempatan yang muncul untuk berinteraksi dengan cara yang disesuaikan dengan tahap perkembangan emosinya. Ada enam tahapan perkembangan emosi harus dilalui seorang anak untuk mencapai kemampuan komunikasi, berpikir dan membentuk konsep diri.
Tahap Perkembangan Emosi Anak
Tujuan utama floortime (Greenspan, 2006:168) adalah tercapainya keenam hal tersebut, tetapi karena dari keenamnya ada beberapa hal yang secara alamiah saling beririsan, maka tujuan utama floortime adalah:
  1. Mendukung tercapainya atensi mutual dan keintiman/ keterlibatan dan mempertahankannya selama mungkin. Saat anak belajar tetap tenang saat mengeksplorasi dunianya, ia juga akan mengembangkan minat terhadap anda sebagai orang terpenting dalam dunianya. Tujuan kita adalah membantu anak tetap terlibat dengan kita dan menikmati kehadiran kita.
  2. Membantu anak belajar membuka dan menutup siklus komunikasi, dimulai dari yang bersifat gestural dan lama kelamaan berkembang menjadi lebih kompleks, mengerti dan mengekspresikan keinginan, harapan, perasaan, dan kemudian komunikasi yang bersifat problem solving.
  3. Mendukung pengekspresian dan penggunaan perasaan dan ide-ide baik melalui kata-kata maupun bermain pura-pura. Tujuan kita adalah mengembangkan drama dan bermain pura-pura sebagai sarana.
  4. Membantu anak mengkaitkan ide dan perasaan sehingga mencapai pemahaman tentang dunia yang logis dan saling terkait. la belajar berpikir logis.

Ada beberapa pedoman dasar yang perlu diperhatikan saat melakukan pendekatan floortime yakni :
  • Waktu yang dibutuhkan 20 - 30 menit
  • Orangtua benar-benar fokus dan terlibat dalam permainan, tidak melakukan hal lain seperti memegang HP, menonton television, makan, atau hal lainnya.
  • Anak boleh memilih mainan apapun yang disukainya
  • Anak memilihkan mainan apa yang akan dipegang/dimainkan oleh orangtuanya
  • Anak menentukan jalannya permainan, orangtua secara perlahan ‘masuk’ dan membimbing jika anak terpaku atau bingung untuk melanjutkan permainan. Orangtua bisa memberikan pancingan agar anak mulai aktif kembali.
  • Orangtua empati terhadap emosi yang ditunjukkan oleh anak.
  • Harus semenyenangkan mungkin.
  • Harus seekspresif mungkin, yakni agar anak mengenal beragam bentuk emosi.
Setelah memahami pedoman dasar floortime, sebagai sebuah metode pendekatan, floortime merupakan proses yang terdiri dari lima langkah yakni :
  1. Observasi
Observasi ini meliputi mendengarkan ataupun mengamati baik ekspresi muka, nada suara, gestur, kata-kata yang dikeluarkan anak, apakah anak cenderung komunikatif atau menarik diri, anak senang atau ketakutan, dan sebagainya. Semua ini penting agar kita dapat menentukan bagaimana harus mendekati anak.
  1. Membuka lingkaran komunikasi
Jika kita dapat mengamati anak dengan baik maka kita dapat mendekati anak dengan kata-kata dan gestur yang pas sehingga kita dapat membuka lingkaran komunikasi dengan anak.
  1. Mengikuti aktivitas yang diminati oleh anak.
Selanjutnya kita mengikuti aktivitas yang menarik minat anak, dengan jalan menjadi teman bermain dan sebagai seorang yang siap membantu bila anak memerlukan. Berikan kesempatan pada anak untuk membuat sendiri aturan dalam permainannya.
  1. Memperluas permainan.
Setelah kita mengikuti permainan yang dipilih oleh anak, kita dapat melibatkan diri untuk mengembangkan permainan dengan memberikan komentar yang membangun tentang permainannya atau menanyakan sesuatu untuk merangsang daya pikir anak dalam permainan tanpa kesan mengganggu.
  1. Biarkan anak menutup lingkaran komunikasi.
Berikan kesempatan pada anak untuk menutup lingkaran komunikasi dengan respon baik itu melalui gestur ataupun dengan komentar. Semakin banyak lingkaran komunikasi yang terbentuk maka semakin banyak kemampuan anak yang muncul.

Teknik floortime ini dapat diterapkan sebagai salah satu metode terapi pada anak berkebutuhan khusus, dengan kecenderungan :
  • Autisma
  • Gangguan spektrum autistik
  • Gangguan perkembangan pervasif
  • Gangguang perkembangan pervasif yang tidak khusus
  • Gangguan perkembangan multisistem
  • Keterbelakangan mental
  • Cerebral Palsy
  • Sindroma Down
  • Gangguan atau keterlambatan kognitif
  • Gangguan atau keterlambatan bahasa
  • Tonus otot lemah
  • Gangguan pengintegrasian sensori
  • Gangguan yang berkenaan dengan kromosom, metabolisme dan gangguan lainnya.

Saat hendak menerapkan teknik floortime ini, perlu sekali diperhatikan bahwa pemberiannya harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan anak, misalnya :
  1. Anak dengan gangguan pemrosesan auditori----gunakan gerak isyarat,mimik wajah.
  2. Anak dengan gangguan pemrosesan visual-spasial----gunakan barang-barang ‘berwarna’.
  3. Anak dengan gangguan perencanaan motorik----berikan permainan dengan giliran
  4. Anak kurang reaktif dan menarik diri----berikan permainan dengan banyak gerakan yang bersemangat.
  5. Anak kurang reaktif dan mudah teralih----berikan permainan dengan gerakan yang teratur.
  6. Anak terlampau reaktif dan menghindar----berikan percakapan logis dan tidak terputus.
  7. Anak terlampau reaktif dan mudah teralih----berikan permainan yang menenangkan.
Jika pendekatan floortime ini diberikan sesuai dengan pedoman dasar yang sudah disebutkan di atas, diharapkan anak akan mampu mencapai keenam tahap perkembangan emosi dan akan memberikan manfaat tambahan lain yang juga penting yakni :
  • Mengenalkan anak pada berbagai macam emosi, misalnya “ Wah kudanya terlihat takut ya untuk melompati jembatan.”
  • Meningkatkan kemampuan problem solving pada anak, misalnya “Bayi Angel sedang demam ya, kita ambil kain yuk untuk mengompres dahinya”
  • Meningkatkan rasa percaya diri anak karena anak diberi kesempatan untuk ‘mengontrol’ permainan dan berinisiatif untuk memunculkan ide-ide dalam bermain.
  • Membangun hubungan yang hangat, akrab, dan komunikatif dengan anak.
  • Mengurangi kecemasan pada anak.
  • Meningkatkan kreativitas anak.

Sumber:
Stanley, I Greenspan dan Serena Wieder. (2006). The Child with Special Needs (Anak Berkebutuhan Khusus). Jakarta:Yayasan Ayo Main.