Kamis, 31 Maret 2016

TALK SHOW DAN STUDENT PERFORMANCES

TALK SHOW DAN STUDENT PERFORMANCES
“MENGENALI BAKAT DAN MINAT ANAK”
10 April 2016 jam 12.00 - 16.00 ( Its Free)
By : Klinik Pelangi
TALK SHOW DAN STUDENT PERFORMANCES  Psikologi Anak

Selasa, 29 Maret 2016

PSIKOEDUKASI ORANGTUA DAMPINGAN WAHANA VISI INDONESIA WILAYAH PENJARINGAN JAKARTA UTARA

Jakarta 29 Maret 2016, Klinik Pelangi bekerja sama dengan Wahana Visi Indonesia (WVI ) Penjaringan mengadakan kegiatan psikoedukasi untuk orangtua dampingan di 30 titik lokasi di kawasan RW 17 dari tanggal 21 – 29 Maret 2016. Kegiatan Psikoedukasi ini melibatkan 700an peserta, 10 panitia WVI, 6 Psikolog ahli dan 2 staf dari Klinik Pelangi.
Semua kegiatan yang dilakukan berjalan dengan baik, semoga melalui kegiatan ini dapat diambil kebijakan yang lebih peduli akan perbaikan pola asuh di daerah padat penduduk. Daerah Penjaringan yang sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan merupakan pelaku utama perikanan di Ibu Kota Negara Indonesia. Sayangnya, tingkat sosial – ekonomi mereka masih menengah ke bawah. Mereka juga mengalami berbagai kesulitan, seperti kesulitan mendapatkan air bersih, rawan banjir rob, serta seringnya pemadaman listrik di daerah tersebut.

Tekanan hidup yang berat ini turut mempengaruhi pola komunikasi antara orangtua dan anak dimana orangtua cenderung memerintah anak tanpa mendengarkan perasaan dan kebutuhan anak. Hampir setiap hari orangtua marah dan berteriak-teriak pada anak terkait permasalahan sehari-hari, seperti saat makan, mandi, dan belajar.
Kegiatan psikoedukasi ini dilakukan untuk meningkatkan hubungan orangtua dan anak. Klinik Pelangi memberikan psikoedukasi terkait pengasuhan anak, terutama bagaimana berkomunikasi secara efektif pada anak. Hal ini dilakukan agar orangtua dapat berkomunikasi yang nyaman dengan anak, tidak marah-marah lagi. Metode dalam kegiatan psikoedukasi tidak hanya memaparkan materi komunikasi efektif melainkan juga mengajak peserta terlibat aktif dalam kegiatan role play, diskusi kasus dan tanya-jawab sehingga peserta dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kegiatan psikoedukasi ini merupakan awal dari dibangunnya sistem support group sehingga peserta dapat saling menguatkan dan mengingatkan peserta yang lain agar lebih baik dalam pengasuhan anak.Masih banyak lagi laporan yang kami hasilkan yang bisa menjadi bahan pengambil keputusan dan kebijakan publik serta program pengembangan masyarakat.

Jumat, 25 Maret 2016

KEHADIRANKU

KEHADIRANKU
ditulis oleh  Istina Hanifah
pemenang lomba cerita yang diadakan klinik Pelangi
di bulan kasih sayang Februari 2016

Hari itu, di sebuah pagi aku menendang perut ibuku berkali-kali, aku meronta di dalam rahimnya,
aku terus mengguncang rahim ibuku hingga ibuku pun merintih kesakitan karena ulahku.
Aku tetap tidak memperdulikannya dan aku terus meronta.
Ibuku hanya bisa bersimpuh di lantai sudut kamar sambil merasakan sakitnya.
Aku tidak peduli, aku hanya melakukan apa yang di perintahkan Tuhan terhadapku.
Aku hanya ingin melihat dunia hari itu, sebab ibu sering membisikkan padaku bahwa dunia begitu indah walaupun hanya dalam bayang-bayang.
Tiba tiba,  terdengar langkah kaki begitu cepat dan langsung mengangkat tubuh ibuku dengan penuh kehawatiran.
Dan terdengar dua orang kakak beradik berlari mengikuti dengan kaki-kaki kecilnya sambil terus-menerus  memanggil ibunya dengan rasa cemas.
Lalu kurasa aku dan ibuku telah tiba di sebuah tempat yang asing bagiku.
Aku terus-menerus meronta karena kuingin tau apa yang sedang terjadi.
Ibuku terus saja merintih kesakitan, hingga ibuku menjerit berkali-kali,
aku tidak menyadari bahwa tindakanku membuat ibuku merasakan sakit yang teramat sangat.
Aku ingin segera mengakhiri kesakitan ibuku, lalu di tangan seorang malaikat, aku diraihnya dengan begitu lembut, walaupun begitu aku tetap saja menangis ketakutan.
Aku merasakan udara yang berbeda dari sebelumnya, aku merasa menggigil kedinginan saat aku dipisahkan dari ibuku, tangan malaikat itu membawaku ke sebuah tempat yang mengerikan,
tiba-tiba ia mencelupkan tubuhku ke dalam sebuah tempat yang penuh berisi air, tangisku pun menjadi-jadi, lalu malaikat itu mengusap tubuhku dengan lembut, ternyata ia hanya ingin membersihkan tubuhku dari darah ibuku. ( baca juga : mengenali gejala eating disorder)
Tak berhenti di situ, ia segera membalut tubuhku dengan selembar kain agar aku merasa hangat.
Ia lalu menyerahkan tubuhku pada seorang lelaki bertangan kekar, tetapi aku merasa ada kehangatan dalam hatinya.
Laki laki itu membisikkan adzan dan qomat di telingaku dengan suara merdunya, seketika aku tak mampu lagi meneriakkan tangisku, aku begitu kagum  mendengarkan adzannya, setelah itu ia mengecup keningku dengan penuh kehangatan.
Aku melihat dua bintang yang berbinar di wajahnya tatkala ia menatap wajahku, ia mengenalkan dirinya sebagai bapakku.
Aku pun hanya bisa menangis sejadinya saat itu untuk mengekspresikan kebahagiaanku, karena aku memiliki bapak yang begitu hangat.
Bapak berjalan dan membawaku di dalam gendongannya, ia berjalan untuk mengenalkanku pada seseorang, orang itu langsung meraih tubuhku dari gendongan bapak, orang itu mengecup keningku berkali kali, ia menjatuhkan air dari bola matanya, aku tak mampu melihatnya menangis, akupun ikut  menangis  sebab aku tak  kuasa mengusap air matanya.
Tetapi  ia justru  mengusap air mataku  dengan sangat lembut, ia kemudian menyenandungkan sholawat dengan begitu merdu seraya mengusap rambutku.
Saat aku mendengar suara itu aku telah mengenalinya, ia adalah seorang wanita  yang menceritakan semua hal saat aku masih dalam kandungan, ia adalah orang yang sama, orang yang kubuat merasakan sakit saat aku dilahirkan.
Ia adalah ibuku, wanita yang mengorbankan nyawanya untuk melahirkanku, seorang wanita yang membuatku tau apa itu dunia.
Aku merasa nyaman saat aku dalam pelukannya, sama seperti sebelumnya  ia menceritakan segalanya padaku, ia juga mengenalkanku pada seorang anak laki laki dan seorang anak perempuan, mereka adalah kakakku.
Hari itu, kehadiranku memberi kebahagiaan kepada semua orang.
Banyak tangan yang mengusap rambutku dan sesekali mereka mencubit pipiku dengan lembut.
Hari itu adalah hari dimana aku dihadirkan dan dihadapkan pada dunia.
Dan hari ini,  adalah hari yang sama dengan hari itu, tepatnya  17 tahun yang lalu aku hadir dalam dunia ini. sekarang, kehadiranku  tidak memberikan kebahagiaan yang sama seperti saat aku dilahirkan. ( Baca Juga : mewarnai-yang-menenangkan)
Aku sering sekali membuat ibuku menghela nafas panjang karena ulahku.
Aku sering sekali membuat bapakku mengeraskan suaranya karena kenakalanku.
Aku sering membuat mereka mengulang kata-katanya sebab aku tak kunjung mengerti.
Aku membuat mereka bersedih karena keadaanku saat ini.
Ibu maafkan aku, telah membuatmu menitihkan air matamu, aku hanya ingin melihat air matamu itu jatuh saat kau merasakan kebahagiaan yang sama seperti saat aku dilahirkan.
Bapak maafkan aku, telah membuatmu membawa beban berat karena kehadiranku,
aku hanya ingin melihat tangan kekarmu  itu untuk membawa anugrah dari Tuhan,
seperti saat aku di lahirkan.
Maafkanlah  aku, karena aku tidak bisa memenuhi semua harapanmu.
Aku tau, kalian tetap menggerakkan mulut hanya untuk mendo'akanku.
Di sepanjang hidupku, aku selalu  terjaga oleh do'a - do'a yang kalian lontarkan
Aku tidak tau apa jadinya jika kalian berhenti mendo'akanku
Ku mohon teruslah mendo'akanku, walaupun aku selalu mengutuk diriku sendiri
Aku tetap sama seperti bayi  17 tahun yang lalu,  yang membutuhkan dekapan hangat.
Aku tetaplah anakmu yang membutuhkan cerita dongeng, tetapi saat ini dongeng yang ingin kudengar bukanlah dongeng pengantar tidur tetapi pengantar hidup.
Aku tetaplah anak kecilmu yang cengeng, tetapi kali ini jangan mengusap air mataku, tetapi ajari aku mengusap masalah dalam hidupku.
Aku masih seorang anak yang butuh perlindunganmu, tapi saat ini bukan untuk melindungiku agar tetap aman dalam gendonganmu, tetapi untuk melindungiku dari sakitnya jatuh dari mimpi
Aku tau tidak ada rasa sesal dalam hatimu karena telah membawaku ke dunia ini,
walaupun aku selalu menyesali kehadiranku.
Sampai hari ini, aku masih merasakan jutaan cinta darimu
Sampai hari ini, aku masih membuatmu bersusah payah untuk merawatku.
Tuhan begitu baik padaku sebab aku dititipkan pada sebuah keluarga yang penuh kasih.
KLINIK PSIKOLOGI PELANGI
Amsterdam Boulevard i.1 No 16
Kota Wisata, Cibubur 16968
(Rumah Ballet Destreza dan Elfa’s Music Course )
klinikpelangi@gmail.com
0812-911-86-736
Hubungi kami, untuk membuat jadwal berkonsultasi dengan beberapa psikolog kami.
Anda bisa menghubungi kami di 0812-911-86-736 .
Atau bila ada pertanyaan, silakan kirim email ke klinikpelangi@gmail.com
https://www.google.co.id/maps/place/6%C2%B022'12.1%22S+106%C2%B057'21.9%22E/@-6.3717457,106.9592645,15z/data=!4m2!3m1!1s0x2e69937918db01bd:0xf63bb349cc368007?hl=id
Lokasi

Senin, 14 Maret 2016

Mengenali Gejala Eating Disorder

Mutiara Putri
Oleh Mutiara Putri Prapdhita, BSc (Hons)
apprentice Klinik Pelangi
Eating Disorders (ED) atau gangguan makan merupakan suatu kelainan yang menyerang atau mengganggu pola makan normal individu pada umumnya, baik itu terlalu sedikit atau terlalu banyak. Kondisi ini berhubungan dengan ketidakpuasan seseorang terhadap penampilan atau bentuk tubuhnya. ED sendiri memiliki beberapa tipe, antara lain: Anoreksia Nervosa, Bulimia Nervosa, dan Binge-Eating Disorder. Artikel ini ditulis untuk memberi sedikit gambaran kepada masyarakat, terutama orang tua yang masih sangat awam terhadap kelainan ini. Padahal, ED merupakan kelainan yang membahayakan nyawa penderita dan memerlukan perhatian khusus dan perawatan secara terus menerus. ED merupakan tantangan yang harus kita hadapi di lingkungan masyarakat dimana bentuk tubuh sangat mempengaruhi pandangan individu terhadap nilai kecantikan. Oleh karena itu, pemahaman dasar tentang gejala-gejala ED harus disosialisasikan secara terus menerus. Di Indonesia sendiri sosialisasi tentang ED masih sangat minim dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Eropa, Amerika dan Inggris. Karena tingkat mortalitas penderita ED di negara-negara tersebut tinggi.

Tipe dan Gejala
ED disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik, pola hidup, psikologi, serta lingkungan sosial. Faktor genetik bisa berupa hormon pemicu rasa lapar yang tidak seimbang dengan hormon yang memberi sinyal rasa kenyang. Pola hidup mencakup pola makan dan aktifitas fisik atau olah raga. Sedangkan psikologi berkaitan dengan pikiran seseorang tentang dirinya, pandangan orang tersebut tentang penilaian orang lain terhadap dirinya, dan cara dia berpikir terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini terutama tentang body image sebagai fakor yang memicu ED pada anak sejak usia dini. Balita (4-5 tahun) sudah mulai mengenal representasi dirinya. Saat umur 5 sampai 7 tahun mereka mulai membandingkan diri mereka dengan orang lain. Kemudian, saat umur 8 tahun ke atas anak-anak mulai memiliki Self-Image (gambaran tentang diri sendiri, terutama bentuk tubuh) dan Ideal Image (gambaran tubuh ideal yang mereka impikan). Salah satu survey untuk menilai body image adalah dengan menggunakan Body Esteem Scale (e.g. Aku bahagia dengan penampilanku; Aku seringkali berharap aku bisa terlihat seperti orang lain) (Mendelson dan White, 1993-1994). Kemudian remaja merupakan periode pemicu ED, periode dimana mereka mengalami pubertas. Lalu apa relasi antara pubertas dan ED? Saat remaja mengalami pubertas, saat itulah terjadi perubahan signifikan pada bentuk tubuh. Perubahan inilah yang menjadi titik awal yang menentukan bentuk tubuh anak tersebut setelahnya. Ada anak yang memiliki bentuk tubuh lebih besar dibanding sebelum mengalami puber dan ada pula yang normal. Kemudian, lingkungan sekitar yang mengomentari perubahan tersebut juga secara tidak langsung berkontribusi sebagai pemicu ED. Karena si anak akan memikirkan komentar-komentar tersebut sehingga keinginan untuk kurus semakin besar. Anak-anak yang punya riwayat bullying (yang berkaitan dengan ukuran badannya) juga lebih rentan terhadap ED.

Ada tiga tipe ED :
  1. Anoreksia Nervosa, merupakan suatu kelainan dimana seseorang melihat dirinya sendiri sebagai seseorang yang gemuk, sehingga dia melakukan diet yang tidak wajar (mengurangi porsi makan dengan cara menghitung jumlah kalori) atau kelaparan secara suka rela dan melakukan olahraga fisik yang berlebihan. Hal ini juga menyebabkan stres. Anoreksi memiliki dua sub-tipe, yaitu tipe yang membatasi makanan dan tipe binge eating atau purging (makan secara berlebihan lalu berusaha mengeluarkan kembali makanan yang dimakan dengan memuntahkan atau konsumsi obat pencahar).
  1. Bulimia Nervosa merupakan kelainan yang menyerang pola makan, yaitu kebiasaan makan secara berlebihan. Namun penderita akan merasa sangat bersalah dan jijik terhadap tindakan tersebut sehingga akan melakukan cara agar makanan yang sudah dikonsumsi bisa keluar dari tubuh mereka. Biasanya mereka akan memuntahkan kembali makanan tersebut atau dengan mengkonsumsi obat pencahar. Setelah melakukan tindakan-tindakan tersebut mereka akan merasa kosong sehingga mereka merasa berat badan tidak akan bertambah. Perilaku tersebut disebut compensatory behavior atau tindakan kompensasi atas makan berlebihan. Faktor utama yang membedakan Bulimia dan Anoreksia adalah berat badan mereka. Biasanya penderita Bulimia memiliki berat badan normal sedangkan Anoreksia akan memiliki berat badan yang sangat rendah (dibawah normal). Para penderita (anorexic dan bulimic) juga biasanya akan menjadi anti social, seperti mengurung diri dirumah dan tidak mau bertemu dengan orang lain selain keluarga dan teman dekat.
  2. Binge-eating Disorder adalah kelainan yang tidak cukup biasa namun berbahaya. Kelainan ini ditandai dengan makan berlebihan yang dilakukan dalam periode waktu yang singkat antara makan pertama dan kedua walaupun tidak merasa lapar. Hal ini dilakukan karena mereka merasa atau percaya bahwa mereka tidak memiliki kendali atas kebiasaan makan terus-menerus tersebut, walaupun sebenarnya mereka mengalami stres berat dan sedih ketika dan setelah makan berlebihan.
data muti

Penanganan
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh orang tua atau kerabat adalah mendengarkan segala keluh kesah si penderita. Selanjutnya bujuk mereka untuk segera melakukan konsultasi dengan psikolog. Pendekatan yang dilakukan untuk memperlakukan penderita ED tidak hanya satu, tapi mengikutsertakan ahli dari berbagai disiplin kesehatan. Contohnya, psikolog bisa menggunakan CBT (Cognitive Behavioral Therapy), yaitu terapi kognitif dan perilaku untuk mengubah kepercayaan atau pandangan mereka tentang bentuk tubuh dan pola makan yang tidak wajar, sedangkan ahli gizi akan membantu mereka untuk memperbaiki nutrisi mereka yang sangat kurang saat mereka tidak mau makan, bagi penderita Anoreksia dan Bulimia. Biasanya, penderita enggan untuk menemui ahli karena itu akan mengancam goal mereka untuk memiliki berat badan (Body Mass Index) rendah. Jangan paksa mereka jika pada ajakan pertama mereka menolak untuk menemui ahli, namun coba ajak kembali saat mood mereka lebih baik. Karena emosi mereka sangat tidak stabil, cobalah untuk mengerti dan sabar menghadapi mereka. Sama halnya dengan penderita Binge Eating Disorder, mereka pun memerlukan bantuan ahli untuk mengurangi atau mengontrol kebiasaan-kebiasaan makan berlebih dan untuk membantu menurunkan berat badan mereka agar terhindar dari penyakit seperti obesitas, diabetes, atau penyakit kardiovaskular lainnya. Peran keluarga dan teman terdekat sangatlah penting bagi penderita ED karena mereka akan stres jika orang lain mengetahui kondisi mereka. Oleh sebab itu, keluarga dan teman terdekatlah satu-satunya wadah bagi mereka untuk bercerita tentang kelainan ini.

Penutup
Perlu ditekankan sekali lagi bahwa eating disorders merupakan kelainan yang sangat penting untuk diperhatikan karena menyangkut morbiditas dan mortalitas seseorang. Para penderita Anoreksia dan Bulimia biasanya bisa meninggal karena malnutrisi atau karena refeeding syndrome saat penyembuhan. Binge eating disorder sangat berkaitan dengan obesitas, kolesterol dan penyakit kardiovaskular lain yang sangat mematikan. Apabila anda mengenal orang terdekat yang mengalami salah satu dari eating disorder yang telah saya paparkan diatas mohon kiranya untuk segera membawa penderita ke klinik psikologi pelangi yang mampu memberikan treatment yang pas untuk si penderita. Anda juga bisa mencoba test berikut sebagai deteksi awal terhadap ED sebelum melakukan konsultasi.   http://psychologytoday.tests.psychtests.com/take_test.php?idRegTest=3244

Referensi
Mendelson, B.K., and White, D.R. (1993-94). Manual for the Body-Esteem Scale for children.Research Bulletin, 12(02), 1-10.

KLINIK PSIKOLOGI PELANGI
Amsterdam Boulevard i.1 No 16
Kota Wisata, Cibubur 16968
(Rumah Ballet Destreza dan Elfa’s Music Course )
klinikpelangi@gmail.com
0812-911-86-736
Hubungi kami, untuk membuat jadwal berkonsultasi dengan beberapa psikolog kami.
Anda bisa menghubungi kami di 0812-911-86-736 .
Atau bila ada pertanyaan, silakan kirim email ke klinikpelangi@gmail.com
https://www.google.co.id/maps/place/6%C2%B022'12.1%22S+106%C2%B057'21.9%22E/@-6.3717457,106.9592645,15z/data=!4m2!3m1!1s0x2e69937918db01bd:0xf63bb349cc368007?hl=id
Lokasi

Rabu, 09 Maret 2016

Mewarnai yang Menenangkan

ditulis oleh :
Sinta Mira, M.Psi, Psikolog Klinis Dewasa dan Keluarga
Klinik Psikologi Pelangi

Akhir-akhir ini bila kita pergi ke toko buku, biasanya kita akan “disambut” oleh setumpuk buku-buku mewarnai untuk orang dewasa, dengan berbagai judul dan tipe, bahkan ada pula yang ditulis dengan judul “best seller”. Buku-buku mewarnai tersebut, biasanya juga ditambah sub-judul : “terapi warna anti stress”, “bebas stress”, dsb.  Ternyata fenomena munculnya buku mewarnai untuk orang dewasa ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tren ini dimulai sekitar tahun 2012-2013 lalu. Salah satu buku mewarnai untuk orang dewasa yang menjadi pioneernya adalah buku Secret Garden dari Johanna Basford. Buku ini bahkan menjadi salah satu best selling book di Amazon.com. Saat ini, tren buku mewarnai ini semakin besar. Bahkan ada puluhan tipe buku mewarnai untuk orang dewasa terbitan lokal yang juga sedang digandrungi.
Padahal dalam beberapa dekade terakhir, mewarnai gambar sepertinya adalah ranah anak-anak yang sedang belajar di taman kanak-kanak. Lalu, mengapa ternyata orang dewasa (ternyata) juga menyenanginya?
Dalam pemahaman Art Therapy, seni adalah sesuatu yang universal, tidak terikat oleh usia, budaya, gender, dan lainnya. Gambar dan warna adalah bahasa yang universal juga. Dan menurut American Art Therapy Association, terapi seni (art therapy) adalah suatu cara dengan menggunakan proses penciptaan kreasi seni dalam rangka mengeksplorasi perasaan, mendamaikan konfik emosi, meningkatkan pemahaman diri, mengatur perilaku, membangun kemampuan sosial, meningkatkan orientasi realitas, menurunkan kecemasan, dan meningkatkan self-esteem. Bisa dikatakan bahwa terapi seni memang menyediakan sarana untuk menghubungkan tubuh dan pikiran (body & mind).
Dalam dunia psikologi, terapi dengan menggunakan media seni (gambar) bukanlah sesuatu yang baru. Teori-teorinya sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1940an. Meskipun lingkup terapi seni tidak terbatas pada gambar saja, tapi juga mencakup seni suara, seni kerajinan tangan (kriya), seni tari, dan sebagainya. Namun secara umum terapi dengan menggunakan seni gambar, merupakan yang paling aplikatif dan paling populer digunakan.
Bagaimana sesungguhnya sebuah sarana seni dalam bentuk gambar dan warna, bisa sebegitu hebatnya dalam membantu seseorang mencapai kesejahteraan mental tersebut?



·        Gambar dan warna sebagai bahasa universal

Semua orang pada dasarnya senang menggambar dan senang pada warna-warni. Menggambar (seperti yang dipelajari di taman kanak-kanak), pastinya meninggalkan kenangan pada setiap individu dewasa. Begitu juga dengan warna. Setiap orang pasti memiliki warna favorit. Menggambar dan warna berkorelasi dengan sesuatu yang positif. Jadi itulah sebabnya, pada dasarnya setiap orang dewasa bisa “kembali” menikmati ekspresi masa kanak-kanaknya saat menghadapi kertas bergambar dengan beragam alat mewarnai.

·        Gambar dan warna memberi wadah untuk berekspresi

Banyak di antara kita yang senang mencoret-coret (doodling). Misalnya, saat sedang berbicara di telepon, lalu tanpa disadari, tangan kita menggambar bentuk-bentuk tidak jelas di kertas. Atau saat berada di dalam meeting atau di kelas, saat mendengarkan orang lain bicara, tanpa sadar kita menggambar-gambar di notes kita. Pada dasarnya setiap orang membutuhkan wadah untuk berekspresi. Namun dalam rutinitas, kesibukan, dan norma-norma yang mengikat sebagai orang dewasa, seringkali kita sendiri bingung bagaimana kita harus mengekspresikan diri. Akhirnya, kita menjalani keseharian hidup tanpa memikirkan pentingnya mengekspresikan diri. Lalu tanpa disadari, berbagai persoalan hidup semakin menekan dan akhirnya kita menjadi stres, depresi, cemas, dan akhirnya dapat berujung menyakiti diri sendiri atau orang lain dengan perbuatan/perkataan kita. Pada dasarnya, semua kebuntuan emosi tersebut, bisa dicegah apabila kita tahu bagaimana caranya mengekspresikan emosi. Menggambar/mewarnai adalah salah satu cara untuk mengekspresikan emosi. Menggunakan kombinasi warna tertentu, membuat suatu bentuk tertentu, dan menyelesaikan suatu gambar, semuanya memberi rasa menyenangkan pada diri. Di sosial media yang dibuat oleh para penulis buku mewarnai tersebut, sebagian besar komentar dari mereka yang mem-posting hasil mewarnainya di sosial media tersebut berisi seputar rasa puas dan bangga bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan gambar tersebut. Ekspresi emosi dengan bentuk gambar dan mewarnai seperti ini adalah wujud yang positif dan sehat.

·        Gambar dan warna yang membebaskan sekaligus menenangkan

Saat menghadapi kertas, gambar, dan alat mewarnai, lalu mulai mengisi bentuk gambar dengan warna, kombinasi warna, dan seterusnya sampai selesai. Pada dasarnya kita juga belajar untuk fokus pada sesuatu. Fokus pada gambar, bentuk, warna, yang semuanya begitu mengasyikkan. Secara tidak disadari, kita melakukan meditasi. Yaitu fokus pada sesuatu, pada “here and now”, dan tidak mencemaskan berbagai hal lain. Jauh dari keruwetan pikiran. Tanpa disadari pun, kita menjadi lebih tenang, lebih rileks. Apalagi di dunia serba digital ini, fokus pada sesuatu selama beberapa waktu tanpa diganggu oleh smartphone, adalah sesuatu yang positif bagi kesejahteraan mental kita.
Dalam terapi seni, mewarnai memberi efek terapi yang menenangkan karena strukturnya sudah disediakan (berupa gambar yang sudah ada) sehingga menjadi lebih mudah bagi kita untuk memfokuskan pikiran.

Jadi, tidak salah jika para penulis buku mewarnai tersebut menuliskan efek “anti stres”, “relaxing”, dalam judul bukunya tersebut.

Namun yang juga harus disadari/dihayati, setiap individu pada dasarnya unik dan berbeda. Ada yang merasa sangat cocok menggunakan mewarnai sebagai terapi stress-nya, tetapi ada juga yang tidak. Ada yang malah merasa lebih stres saat menghadapi garis-garis gambar yang kaku dan sudah ditentukan seperti itu. Ada juga yang merasa cocok menggunakan alat gambar pensil warna. Namun ada yang merasa lebih pas menggunakan spidol ataupun cat air.
Salah satu saran yang bisa diberikan adalah dengan mengingat kembali tujuan dari sebuah sarana terapi seni adalah untuk membantu kita mengenali diri kita juga. Jadi apabila Anda memang menyenangi sarana gambar / mewarnai ini, ada baiknya Anda juga belajar mengenali diri dalam berbagai bentuk preferensi mewarnai tersebut, sebagai berikut :

-         Apabila Anda malah merasa stres dengan adanya garis-garis / gambar yang sudah ditentukan dalam buku mewarnai, mungkin ada baiknya Anda bukan mewarnai, namun menggambar bebas (free drawing). Ini bukan menggambar di sekolah, jadi tidak ada yang akan menilai hasil karya Anda. Tujuan terapi seni adalah ekspresi emosi, jadi gambarlah bebas sesuka Anda. Atau boleh gunakan buku mewarnainya tersebut, namun Anda tidak harus mewarnai sesuai dengan garisnya kok, Anda bebas mewarnai sesuka Anda dalam buku mewarnai tersebut. Seunik diri Anda ingin berekspresi.

-         Apabila Anda merasa tidak nyaman dengan alat gambar yang disediakan dari buku mewarnai tersebut (pensil warna / spidol), toh tidak ada yang melarang Anda menggunakan alat mewarnai yang lain. Eksplorasilah berbagai alat mewarnai yang ada. Bisa jadi menggunakan cat air, yang memberi rasa lebih membebaskan. Mencampur warna dengan cat air juga memberikan efek yang mengasyikan. Atau jika misalnya Anda lebih senang dengan ketrampilan motorik, Anda bisa menggunakan potongan kertas warna / manik-manik untuk  ditempel dan dijadikan kolase di buku mewarnai Anda.

-         Apabila Anda merasa nyaman dengan alat / bentuk sarana mewarnai yang ada, toh tidak ada salahnya juga untuk eksplorasi diri dengan mencoba berbagai sarana gambar yang lain. Terapi seni memiliki rentang yang sangat luas dan Anda punya kebebasan untuk mencobanya. Ingatlah bahwa tujuan dari melakukan ini semua adalah untuk kesejahteraan mental Anda sendiri. Siapa tahu malah Anda menemukan bakat seni Anda yang terpendam selama ini.

Jadi, dengan semua manfaat positif mewarnai (dan menggambar) bagi kesejahteraan mental kita, silakan mulai mewarnai  / menggambar dan temukan keajaiban menenangkan di dalamnya!

******
Daftar pustaka :
Gladding, Samuel.T & Newsome, Debbie. E. “Art in Counseling” in Malchiodi, Cathy.A. (ed). 2003, “Handbook of Art Therapy”. New York : The Guilford Press.

Vick, Randy. M. “A Brief History of Art Therapy” in Malchiodi, Cathy.A. (ed). 2003, “Handbook of Art Therapy”. New York : The Guilford Press.