ditulis oleh
:
Sinta Mira,
M.Psi, Psikolog Klinis Dewasa dan Keluarga
Klinik
Psikologi Pelangi
Akhir-akhir ini bila kita pergi ke
toko buku, biasanya kita akan “disambut” oleh setumpuk buku-buku mewarnai untuk
orang dewasa, dengan berbagai judul dan tipe, bahkan ada pula yang ditulis
dengan judul “best seller”. Buku-buku
mewarnai tersebut, biasanya juga ditambah sub-judul : “terapi warna anti
stress”, “bebas stress”, dsb. Ternyata
fenomena munculnya buku mewarnai untuk orang dewasa ini tidak hanya terjadi di
Indonesia, tren ini dimulai sekitar tahun 2012-2013 lalu. Salah satu buku
mewarnai untuk orang dewasa yang menjadi pioneernya
adalah buku Secret Garden dari
Johanna Basford. Buku ini bahkan menjadi salah satu best selling book di Amazon.com. Saat ini, tren buku mewarnai ini
semakin besar. Bahkan ada puluhan tipe buku mewarnai untuk orang dewasa terbitan
lokal yang juga sedang digandrungi.
Padahal dalam beberapa dekade terakhir, mewarnai gambar
sepertinya adalah ranah anak-anak yang sedang belajar di taman kanak-kanak.
Lalu, mengapa ternyata orang dewasa (ternyata) juga menyenanginya?
Dalam pemahaman Art Therapy, seni adalah sesuatu yang
universal, tidak terikat oleh usia, budaya, gender, dan lainnya. Gambar dan
warna adalah bahasa yang universal juga. Dan menurut American Art Therapy Association, terapi seni (art therapy) adalah suatu cara dengan menggunakan proses penciptaan
kreasi seni dalam rangka mengeksplorasi perasaan, mendamaikan konfik emosi,
meningkatkan pemahaman diri, mengatur perilaku, membangun kemampuan sosial,
meningkatkan orientasi realitas, menurunkan kecemasan, dan meningkatkan self-esteem. Bisa dikatakan bahwa terapi
seni memang menyediakan sarana untuk menghubungkan tubuh dan pikiran (body & mind).
Dalam dunia psikologi,
terapi dengan menggunakan media seni (gambar) bukanlah sesuatu yang baru.
Teori-teorinya sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1940an. Meskipun lingkup
terapi seni tidak terbatas pada gambar saja, tapi juga mencakup seni suara,
seni kerajinan tangan (kriya), seni tari, dan sebagainya. Namun secara umum
terapi dengan menggunakan seni gambar, merupakan yang paling aplikatif dan
paling populer digunakan.
Bagaimana sesungguhnya sebuah sarana
seni dalam bentuk gambar dan warna, bisa sebegitu hebatnya dalam membantu
seseorang mencapai kesejahteraan mental tersebut?
·
Gambar
dan warna sebagai bahasa universal
Semua orang pada dasarnya senang
menggambar dan senang pada warna-warni. Menggambar (seperti yang dipelajari di
taman kanak-kanak), pastinya meninggalkan kenangan pada setiap individu dewasa.
Begitu juga dengan warna. Setiap orang pasti memiliki warna favorit. Menggambar dan warna berkorelasi dengan
sesuatu yang positif. Jadi itulah sebabnya, pada dasarnya setiap orang
dewasa bisa “kembali” menikmati ekspresi masa kanak-kanaknya saat menghadapi
kertas bergambar dengan beragam alat mewarnai.
·
Gambar
dan warna memberi wadah untuk berekspresi
Banyak di antara kita yang senang
mencoret-coret (doodling). Misalnya,
saat sedang berbicara di telepon, lalu tanpa disadari, tangan kita menggambar
bentuk-bentuk tidak jelas di kertas. Atau saat berada di dalam meeting atau di kelas, saat mendengarkan
orang lain bicara, tanpa sadar kita menggambar-gambar di notes kita. Pada
dasarnya setiap orang membutuhkan wadah untuk berekspresi. Namun dalam
rutinitas, kesibukan, dan norma-norma yang mengikat sebagai orang dewasa,
seringkali kita sendiri bingung bagaimana kita harus mengekspresikan diri.
Akhirnya, kita menjalani keseharian hidup tanpa memikirkan pentingnya
mengekspresikan diri. Lalu tanpa disadari, berbagai persoalan hidup semakin
menekan dan akhirnya kita menjadi stres, depresi, cemas, dan akhirnya dapat
berujung menyakiti diri sendiri atau orang lain dengan perbuatan/perkataan
kita. Pada dasarnya, semua kebuntuan emosi tersebut, bisa dicegah apabila kita tahu bagaimana caranya mengekspresikan
emosi. Menggambar/mewarnai adalah salah satu cara untuk mengekspresikan
emosi. Menggunakan kombinasi warna tertentu, membuat suatu bentuk tertentu, dan
menyelesaikan suatu gambar, semuanya memberi rasa menyenangkan pada diri. Di
sosial media yang dibuat oleh para penulis buku mewarnai tersebut, sebagian
besar komentar dari mereka yang mem-posting hasil mewarnainya di sosial media
tersebut berisi seputar rasa puas dan bangga bahwa mereka telah berhasil
menyelesaikan gambar tersebut. Ekspresi emosi dengan bentuk gambar dan mewarnai
seperti ini adalah wujud yang positif dan sehat.
·
Gambar
dan warna yang membebaskan sekaligus menenangkan
Saat menghadapi kertas, gambar, dan
alat mewarnai, lalu mulai mengisi bentuk gambar dengan warna, kombinasi warna,
dan seterusnya sampai selesai. Pada dasarnya kita juga belajar untuk fokus pada
sesuatu. Fokus pada gambar, bentuk, warna, yang semuanya begitu mengasyikkan. Secara tidak disadari, kita melakukan
meditasi. Yaitu fokus pada sesuatu, pada “here and now”, dan tidak mencemaskan berbagai hal lain. Jauh dari
keruwetan pikiran. Tanpa disadari pun, kita menjadi lebih tenang, lebih rileks.
Apalagi di dunia serba digital ini, fokus pada sesuatu selama beberapa waktu
tanpa diganggu oleh smartphone,
adalah sesuatu yang positif bagi kesejahteraan mental kita.
Dalam terapi seni, mewarnai memberi
efek terapi yang menenangkan karena strukturnya sudah disediakan (berupa gambar
yang sudah ada) sehingga menjadi lebih mudah bagi kita untuk memfokuskan
pikiran.
Jadi, tidak salah jika para penulis buku mewarnai tersebut
menuliskan efek “anti stres”, “relaxing”,
dalam judul bukunya tersebut.
Namun yang juga harus
disadari/dihayati, setiap individu pada dasarnya unik dan berbeda. Ada yang
merasa sangat cocok menggunakan mewarnai sebagai terapi stress-nya, tetapi ada
juga yang tidak. Ada yang malah merasa lebih stres saat menghadapi garis-garis
gambar yang kaku dan sudah ditentukan seperti itu. Ada juga yang merasa cocok
menggunakan alat gambar pensil warna. Namun ada yang merasa lebih pas
menggunakan spidol ataupun cat air.
Salah satu saran yang bisa diberikan adalah dengan mengingat
kembali tujuan dari sebuah sarana terapi seni adalah untuk membantu kita
mengenali diri kita juga. Jadi apabila Anda memang menyenangi sarana gambar /
mewarnai ini, ada baiknya Anda juga belajar mengenali diri dalam berbagai bentuk
preferensi mewarnai tersebut, sebagai berikut :
-
Apabila
Anda malah merasa stres dengan adanya garis-garis / gambar yang sudah
ditentukan dalam buku mewarnai, mungkin ada baiknya Anda bukan mewarnai, namun
menggambar bebas (free drawing). Ini
bukan menggambar di sekolah, jadi tidak ada yang akan menilai hasil karya Anda.
Tujuan terapi seni adalah ekspresi emosi, jadi gambarlah bebas sesuka Anda.
Atau boleh gunakan buku mewarnainya tersebut, namun Anda tidak harus mewarnai
sesuai dengan garisnya kok, Anda bebas mewarnai sesuka Anda dalam buku mewarnai
tersebut. Seunik diri Anda ingin berekspresi.
-
Apabila
Anda merasa tidak nyaman dengan alat gambar yang disediakan dari buku mewarnai
tersebut (pensil warna / spidol), toh tidak ada yang melarang Anda menggunakan
alat mewarnai yang lain. Eksplorasilah berbagai alat mewarnai yang ada. Bisa
jadi menggunakan cat air, yang memberi rasa lebih membebaskan. Mencampur warna
dengan cat air juga memberikan efek yang mengasyikan. Atau jika misalnya Anda
lebih senang dengan ketrampilan motorik, Anda bisa menggunakan potongan kertas
warna / manik-manik untuk ditempel dan dijadikan
kolase di buku mewarnai Anda.
-
Apabila
Anda merasa nyaman dengan alat / bentuk sarana mewarnai yang ada, toh tidak ada
salahnya juga untuk eksplorasi diri dengan mencoba berbagai sarana gambar yang
lain. Terapi seni memiliki rentang yang sangat luas dan Anda punya kebebasan
untuk mencobanya. Ingatlah bahwa tujuan dari melakukan ini semua adalah untuk
kesejahteraan mental Anda sendiri. Siapa tahu malah Anda menemukan bakat seni
Anda yang terpendam selama ini.
Jadi, dengan semua manfaat positif mewarnai (dan menggambar)
bagi kesejahteraan mental kita, silakan mulai mewarnai / menggambar dan temukan keajaiban
menenangkan di dalamnya!
******
Daftar
pustaka :
Gladding,
Samuel.T & Newsome, Debbie. E. “Art
in Counseling” in Malchiodi, Cathy.A. (ed). 2003, “Handbook of Art Therapy”. New York : The Guilford Press.
Vick, Randy.
M. “A Brief History of Art Therapy”
in Malchiodi, Cathy.A. (ed). 2003, “Handbook
of Art Therapy”. New York : The Guilford Press.