Senin, 29 Februari 2016

Ucapan selamat Berbahagia atas kelahiran putra pertama Psikolog Rendra

Alhamdulillah,
Kami Keluarga Besar Klinik Pelangi Mengucapkan
Selamat Berbahagia atas kelahiran putra pertama Psikolog Rendra yang di beri nama :

Nama Lengkap : Abimanyu Satya Narayana
Nama Panggilan : Abisat

Pada tanggal 29 Februari 2016
pukul 09.18 WIB
di RSIA Limijati Bandung
dengan berat 3,28 kg dan
panjang 49 cm.

Semoga Abisat menjadi anak yang soleh dan berbakti pada orang tua.


Berikut ucapan dari Tike Priyatna Kusuma

Klik disini

Sosok Baru Kami

Perkenalkan berikut adalah Psikolog Anak Klinik Psikologi Pelangi, Mulai Bergabung, Pada Maret 2016 ini Psikolog Tio menjadi salah satu ahli kami di Klinik Psikologi Pelangi Kota Wisata, Beliau praktek di Klinik Pelangi setiap hari Sabtu, dan hari-hari lain sesuai dengan perjanjian. 
(contact 0812.911.86.736 Klinik Pelangi )



Tio Renova Pratiwi, M.Psi., Psikolog 
Psikolog Anak Klinik Psikologi Pelangi

Seorang Psikolog Anak lulusan Magister Profesi Psikologi Klinis Anak Universitas Padjadjaran. Memiliki ketertarikan pada permasalahan anak usia dini hingga usia sekolah seperti masalah perkembangan anak, pola asuh dan masalah belajar. Pernah terlibat dalam program pengembangan anak-anak prasejahtera di DKI Jakarta bekerja sama dengan Yayasan Putra Bahagia, salah satu yayasan di bawah PEMDA DKI Jakarta. Memiliki pemahaman Brain Gym dan Rhythmic Movement Training untuk anak-anak dengan special needs.

Terima kasih

Hubungi Kami
KLINIK PSIKOLOGI PELANGI Cibubur
Amsterdam Boulevard i.1 No 16
Kota Wisata, Cibubur 16968
(Rumah Ballet Destreza dan Elfa’s Music Course )
klinikpelangi@gmail.com
0812-911-86-736

Jangan Salah Pilih Sekolah


ditulis oleh 
Mutiara Putri Prapdhita, BSc (Hons) 
 Lulusan S1 Psikologi dari Newcastle University, UK
Klinik Pelangi

 Sekolah adalah pendidikan formal yang dipilih para orang tua untuk memenuhi kebutuhan dan/ atau hak seorang anak. Namun, tidak sedikit orang tua yang kebingungan dalam menentukan sekolah mana yang terbaik untuk anak-anaknya. Sebelum memilih sekolah, ada satu hal esensial yang perlu orang tua perhatikan sejak dini, yaitu potensial dan kecerdasan yang anak miliki.
Karena hal ini akan menjadi salah satu pertimbangan yang paling menentukan tak hanya sekolah apa yang cocok untuk anak, tetapi juga Mungkin ada beberapa orang yang familiar dengan istilah Multiple Intelligences (Gardner, 1991), yang mana inteligensi diidentifikasi sebagai banyak formasi. Menurut Gardner, ada 8 kecerdasan majemuk (multiple intelligence), yaitu Kecerdasan Linguistik (Word Smart); Kecerdasan Logika Matematika (Logic Smart); Kecerdasan Kinestetik/Fisik (Body Smart); Kecerdasan Visual Spasial (Picture Smart); Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart); Kecerdasan Interpersonal (People Smart); Kecerdasan Musikal (Music Smart); Kecerdasan Naturalis (Nature Smart).
Kemudian ditemukan lagi ada dua kecerdasan majemuk tambahan yaitu Kecerdasan Eksistensial dan Kecerdasan Spiritual. Dengan kata lain, seorang anak memiliki inteligensi (cara belajar, daya ingat, pemahaman, performa) yang tidak sama dengan anak yang satu dan lainnya. Contoh yang bisa kita ambil adalah anak yang mahir bermain alat musik dan anak lain yang suka matematika. Anak-anak ini tentunya memiliki kemampuan dasar serta minat yang berbeda. Yang satu unggul dalam kecerdasan musikalitas, yang satu lagi mahir dalam kecerdasan logika matematika. Hal-hal seperti inilah yang patut dipertimbangkan oleh orang tua Konsep sekolah yang sangat umum di Indonesia adalah sistem pendidikan konvensional dimana anak-anak diikat oleh peraturan sekolah dari mulai seragam, jam sekolah, modul yang diberikan serta lingkungan belajar mengajar yang notabene sangat pasif. Namun, kondisi sekolah seperti ini pastinya tidak cocok bagi anak lebih senang belajar dengan cara mengeksplorasi ruang gerak dengan anggota tubuhnya daripada harus duduk diam mendengarkan dan menulis.
Akibatnya, si anak akan merasa tidak nyaman belajar dan hal ini tentu akan mempengaruhi hasil tes dan nilai rapornya di kemudian hari yang mungkin lebih rendah daripada anak lain di kelasnya. Ini akan terkesan si anak memiliki kemampuan inteligensi yang kurang dibanding teman-teman.
Padahal, itu karena lingkungan belajar yang tidak sesuai dengan kapasitas anak sehingga tidak memungkinkan si anak untuk mengekspresikan diri dan memunculkan potensi yang dimilikinya. Saat ini banyak pilihan sekolah dengan sistem yang berbeda, seperti sekolah nasional plus, sekolah internasional, sekolah Montessori, sekolah alam, sekolah dengan kurikulum IB, sekolah dengan kurikulum Cambridge, sekolah berbasis agama, sekolah berasrama, dll.
Pelajarilah satu per satu sistemnya dan pilihlah yang sesuai dengan karakteristik anak. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengenali potensi anak. Yang pertama adalah mengajak anak untuk mencoba banyak hal baru sehingga dia memiliki pengalaman serta pengetahuan yang luas. Misalnya, mengajak anak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat edutainment yang mengenalkan anak kepada profesi yang ada di Indonesia maupun dunia.
Selanjutnya berikan kebebasan kepada anak untuk memilih pilihan-pilihan terbaik yang sudah ditawarkan. Alternatif lain yang mungkin bisa diterapkan adalah homeschooling dengan mengikuti cara Ibu Septi Peni Wulandani, seorang tokoh inspiratif yang mendidik anak-anaknya dengan cara yang sangat unik
1. Beliau memberi kebebasan ketiga anaknya untuk memilih jalan pendidikan mereka masing-masing. Mereka memilih untuk tidak sekolah secara formal, namun belajar dengan ibunya dirumah sesuai dengan minat mereka. Mereka juga belajar melalui proyek-proyek yang mereka susun sendiri dan harus mereka presentasikan kepada orang tua mereka. Kemudian mereka akan menjalankan proyek tersebut setelah mendapat persetujuan dari orang tua mereka.
Proyek-proyek tersebut biasanya mengharuskan mereka untuk berinteraksi dan melibatkan orang-orang dari berbagai profesi sehingga mereka berkesempatan untuk belajar langsung dari ahlinya. Pada dasarnya pilihan-pilihan itu ada dan semua kembali kepada kebijakan orang tua. Oleh karena itu, sebelum memutuskan sekolah untuk anak Anda, sebaiknya kenali dulu minat dan potensi yang anak Anda miliki.
Hal ini bisa Anda lakukan secara independen atau dengan bantuan ahli yaitu psikolog. Klinik Pelangi melayani konsultasi masalah minat dan bakat anak serta memberikan solusi yang tepat bagi anak anda.
Untuk membuat perjanjian konsultasi silahkan menghubungi 0812-911-86-736
atau email ke: klinikpelangi@gmail.com
 ¹http://vleopos.blogspot.co.id/2014/10/kisah-sukses-seorang-ibu-mendidik.html

Jumat, 19 Februari 2016

Bahasa Ibu

Psikolog Tania
(Ibu dengan satu Putra)
Psikolog dari Klinik Pelangi

Jakarta, Menara Kuningan, 20 Februari 2016 
Bersama Psikolog Tania
Dalam menyambut 
Hari Bahasa Ibu Internasional 
Tanggal 21 Februari 2016
Tanya Jawab seputar Bahasa Ibu
Simaklah :

Kenapa Bahasa Ibu Itu penting untuk anak ?
Bahasa ibu sangat penting, Orangtua muda harus paham bahwa anak baru belajar bicara itu diusia 0 – 3 tahun, pada usia tersebut anak seharusnya benar-benar memahami konsep bahasa sebelum mereka mengekspresikannya lewat bicara. Oleh karena itu, tanamkan secara konsisten bahasa ibu yang tepat dari sejak dini.

Siapa harus mengajarkan bahasa ibu kepada anak ?
Tentu saja yang harus mengajarkan pertama adalah dari lingkungan keluarga inti atau pengasuh (jika orang tua bekerja). Setelahnya baru lingkungan bermain si anak. Buatlah kesepakatan bersama antara ayah dan ibu untuk menentukan bahasa utama yg akan digunakan pada anak agar tetap konsisten penggunaannya.

Apakah boleh mencampurkan bahasa untuk anak ?
Tergantung kemampuan anak. Lebih baik sebelum memberikan bahasa kedua, orangtua mengamati kemampuan bahasa anak terlebih dahulu.
Boleh jika orangtua sudah yakin betul bahwa anak dapat mudah mengerti dan sudah paham betul akan bahasa ibu,
Tidak boleh jika anak mengalami lambat untuk bicara, atau gangguan perkembangan bicara-bahasa.
Ingat ya orangtua muda, sebaiknya dalam pengajaran bahasa ibu, tidak dicampurkan dengan bahasa lain. Diusia perkembangan anak 0 - 3 tahun sebaiknya ajarkan anak dengan bahasa yang biasa (bahasa sehari hari orangtua) di gunakan di lingkungan rumah / keluarga.
Jika dirasa anak dapat paham dan mengerti akan bahasa ibu maka orang tua dapat menambahkan bahasa kedua, dan biasanya saat anak di atas usia 3 tahun.

Dampak apa yang ditimbulkan jika anak tidak bisa bahasa ibu ?
Dampaknya adalah Bingung bahasa, efek jangka panjangnya adalah anak tidak paham akan bahasa yang di gunakan bahkan dapat mempengaruhi performa akademisnya. Oleh karena itu, jika konsep pemahaman bahasa anak tidak kuat dan diajarkan bahasa kedua maka anak akan semakin bingung dan kesulitan dalam memahami bahasa.
contohnya jika disekolah menggunakan bahasa Inggris dan dirumah , keluarga menggunakan bahasa Ibu dan penerapannya tidak konsisten pada usia golden age (0-7 tahun). Maka anak dapat mengalami kebingungan dalam memahami bahasa dan berdampak pada kemampuan bicaranya (ini yang disebut Gangguan tumbuh kembang anak),  Oleh karna itu konsep dasar pemahaman bahasa ibu harus dibekali sejak dini untuk buah hati.

Pesan Psikolog Tania untuk orangtua muda di Indonesia :
Selama anak baru belajar bicara dan baru dapat memahami bahasa dari sejak lahir hingga 3 tahun ajarkan bahasa ibu terlebih dahulu, seandainya kemampuan berbahasa dan bicara anak sudah sesuai dengan tumbuh kembangnya, maka orangtua dapat mempertimbangkan dalam memberikan bahasa ke dua untuk sang buah hati tercinta.

Tips untuk Orangtua
Setidaknya terdapat 3 kata yang harus diajarkan kepada anak sejak dini, yaitu :

1. Kata "Tolong"
Kata ini baik untuk pengembangan dan pembentukan etika. Orangtua sudah seharusnya mengajarkan kepada anak, jika dia ingin meminta orang lain untuk melakukan sesuatu untuknya maka sebelumnya yang ia harus katakan adalah dengan menggunakan kata "tolong", sekalipun si anak menyuruh adik atau seseorang yang berumur dibawahnya. Hal ini mengajarkan anak agar selalu bersikap sopan kepada siapapun.

2. Kata "Terima Kasih"
Kata ini sangat familiar dikuping kita dan biasanya kata ini digunakan setelah orang lain melakukan hal tertentu untuk kita. Hal ini juga menjadi penting untuk diajarkan kepada si anak agar ia menghargai usaha orang lain yang sudah membantunya.

3. Kata "Maaf"
Kata ini  kata tersulit untuk diucapkan, karna jika kita melakukan kesalahan terhadap orang lain. Ego kita bermain dan sangat susah mengucapkan kata ini. sebagai orangtua yang baik, harus memberi contoh kepada si anak mengenai kata  maaf ini. Jika si anak berbuat salah kepada siapapun, maka anak harus diajarkan untuk dapat mengutarakan rasa bersalahnya dengan mengatakan "maaf" kepada orang tersebut. (PH)

Jumat, 12 Februari 2016

Kado Hari Kasih Sayang


ditulis oleh Irene Raflesia, M.Psi, Psikolog
Psikolog Dewasa Klinik Psikologi Pelangi

Hari Kasih Sayang atau lebih dikenal dengan Hari Valentine sudah dekat. Hari ini biasanya memberikan kita kesempatan untuk merenungkan seberapa besar kasih sayang yang selama ini telah kita peroleh dan bagaimana kualitas hubungan antara kita dan orang-orang terdekat. Lajang ataupun berpasangan, kita semua memiliki kebutuhan untuk memiliki hubungan dan ikatan emosional dengan orang lain. Kebutuhan ini tidak hanya tersalurkan pada pasangan saja, namun dapat terpenuhi melalui jalinan hubungan yang dekat dengan keluarga, sahabat, dan teman-teman (Galperin, 2016).


Salah satu cara untuk mengungkapkan kasih sayang yang umum kita temui adalah memberikan kado. Memberi kado dapat dipandang sebagai bentuk pertukaran sosial yang menitikberatkan pada penguatan hubungan antara seseorang dan keluarga atau rekan-rekannya. Dengan kata lain, kado ini berfungsi sebagai instrumen untuk mengekspresikan emosi kita guna menjaga hubungan timbal balik yang terjalin antara diri kita dan orang lain (Nicholson, 2012).

Jika Anda mengalami kebingungan dalam memberikan kado, simak tips-tips berikut untuk mempermudah pencarian Anda:
    1.      Kenali apa yang diinginkan oleh orang terdekat Anda
Kado akan menjadi lebih berarti apabila pemberi mempertimbangkan dengan seksama tentang apa yang menjadi kebutuhan penerima. Memberikan kado yang tepat akan menimbulkan perasaan bersyukur pada diri penerima serta adanya rasa dipahami oleh pemberi kado (Nicholson, 2012). Pertimbangkanlah jenis kado apa yang paling dapat membuat orang terdekat Anda merasa betul-betul dipahami. Misalnya, apabila seorang teman memiliki hobi mengoleksi kartu pos, maka memberikan kartu pos yang belum dimiliki akan menjadi kado yang istimewa dan personal untuk dirinya.


    2.      Berikan pengalaman baru sebagai hadiah
Pemberian kado berupa pengalaman baru terbukti memiliki efek positif terhadap peningkatan hubungan antara pemberi dan penerima kado. Hal ini dikarenakan penerima kado menarik kesimpulan dengan cara mengaitkan dengan emosi yang muncul saat kado tersebut digunakan, bukan pada saat kado tersebut diterima (Cohen, 2016). Meski dilihat dari sifat, pengalaman tidak memiliki bentuk fisik dan tidak dapat digunakan secara berulang, pengalaman ini akan tetap hidup dalam kenangan yang akan dapat terus dikenang serta memperkaya emosi penerima. Kado yang termasuk kategori ini adalah memberikan tiket konser penyanyi favorit, kupon perawatan spa di salon, dan sebagainya.

      3.      Berbagilah hal yang berarti bagi diri Anda
Penelitian membuktikan bahwa baik pemberi maupun penerima kado melaporkan kedekatan yang lebih erat ketika hal yang diberikan tersebut merefleksikan pemberinya (Ankin & Human, 2015). Kado yang Anda berikan ini dapat berupa buku ataupun barang favorit Anda. Dengan berbagi hal favorit ini, Anda secara tidak langsung menyatakan kepedulian Anda terhadap penerima agar ia dapat mengalami hal yang sama.  


Hubungan interpersonal, sebagaimana layaknya dengan pemberian kado, dibangun atas dasar saling menghargai satu sama lain. Oleh karena itu, apa pun bentuk kado yang Anda peroleh, hargailah perhatian dan pertimbangan mereka dalam memilihkan kado untuk Anda. Kado yang diberikan pun tidak selalu harus mengeluarkan sejumlah besar uang. Selama Anda dapat memberikan perhatian penuh, menyisihkan sebagian waktu Anda untuk orang-orang terdekat, dan mengesampingkan keinginan Anda untuk selalu memeriksa ponsel setiap saat, dengan sendirinya hubungan Anda akan menjadi lebih dekat dan mendorong keinginan untuk saling berbagi kasih dan sayang. Selamat hari Valentine.

Ankin, L. B. & Human, L. J. (2015). Give a piece of you: Gifts that reflect givers promote closeness. Journal of Experimental Social Psychology, 60, 8-16.

Cohen, M. (2016). Giving the Gift of an Experience this Valentine’s Day. Diambil dari: www.scienceofrelationships.com/home/2016/2/5/giving-the-gift-of-an-experience-this-valentines-day.html