Vonis penyakit
jangka panjang atau kronis terhadap seseorang dapat mengubah banyak sekali
aspek kehidupan secara drastis. Bagi individu yang mengalami sakit kronis,
vonis ini dapat mengganggu citra terhadap diri sendiri dan pandangannya
terhadap kehidupan selanjutnya. Masa depan yang penuh ketidakpastian setelah
menerima vonis menimbulkan penghayatan emosional yang beragam seperti tidak
percaya, marah, kecewa, hingga keputusasaan. Belum lagi tekanan ini ditambah
dengan permasalahan besarnya biaya perawatan yang akan dikeluarkan. Individu
yang mengalami sakit kronis besar kemungkinan mengalami rasa bersalah akibat adanya
tuntutan perawatan penyakitnya terhadap anggota keluarga yang lain (Lawrence,
2012).
Hal yang
sama juga dihadapi oleh anggota keluarga dari individu yang menghadapi vonis tersebut.
Mereka harus mengambil peran sebagai perawat sekaligus juga menanggung sebagian
dari tugas dan tanggung jawab individu yang sakit. Perubahan yang mendadak ini
membutuhkan penyesuaian diri yang cepat pula dari anggota keluarga, terlepas
dari kapasitasnya dalam menghadapi vonis ini. Anggota keluarga dapat mengalami
emosi naik turun seperti rasa berduka, rasa bersalah, takut, frustrasi, cemas,
letih atau kondisi fisik lain ketika menghadapi situasi ini (APA, 2013).
Strategi Keluarga dalam Mendampingi Individu
yang Sakit
Berbagai
strategi dapat digunakan oleh keluarga ketika terdapat anggota yang dihadapkan
pada vonis sakit kronis. Cara-cara yang dapat ditempuh seluruh anggota keluarga
dalam mendampingi individu yang sakit adalah sebagai berikut (Lawrence, 2012):
1. Berkomunikasi satu sama lain
Komunikasi ini diperlukan agar keluarga dapat saling berkomunikasi
secara terbuka tentang penyakit dan perawatan yang diperlukan. Ketika berbicara
tentang hal yang sensitif, pastikan untuk mempertimbangkan sudut pandang
individu yang sakit. Pesan yang akan disampaikan, cara menyampaikan, kapan
pembicaraan dilakukan akan berpengaruh pada penerimaan orang lain. Penting
untuk diperhatikan bahwa anggota keluarga perlu mendiskusikan penyakit terbuka
tentang penyakit, namun tidak diperkenankan untuk membicarakan penyakit guna
mengatur kehidupan sehari-hari individu yang sakit.
2. Katakan apa yang Anda butuhkan
Berbeda orang maka berbeda pula kebutuhan akan dukungan dari orang lain.
Perlu diperhatikan bahwa banyak dukungan belum tentu pasti lebih baik. Yang
terpenting adalah kebutuhan ini perlu dipahami dan bila memungkinkan, dipenuhi.
Selain itu, anggota keluarga perlu belajar untuk menanyakan dukungan seperti
apa yang dibutuhkan dan menghindari asumsi. Sebaliknya individu yang sakit pun
perlu belajar untuk meminta pertolongan bila memang membutuhkan (Bruno, 2012).
3. Meningkatkan dan mengandalkan
dukungan di luar keluarga
Dukungan dari keluarga besar, teman-teman, pihak rumah sakit telah lama
dikenal bermanfaat baik secara fisik maupun psikologis (Bernhard, 2014).
4. Berbagi tugas dan memasukkan tugas
perawatan ke dalam rutinitas sehari-hari
Berbagi tugas dengan anggota keluarga dapat membantu meringankan beban
ketika berperan sebagai perawat. Sangat disarankan untuk melibatkan keluarga
besar dalam merawat individu dengan sakit kronis, misalnya meminta anak untuk
menyiapkan obat dan memastikan obat dimakan pada waktunya, anggota keluarga
secara bergantian mengantar ke dokter untuk pemeriksaan, dan sebagainya.
5. Merawat kesehatan fisik dan
psikologis satu sama lain
Kita tentu tidak dapat merawat dengan baik apabila kesehatan kita
terabaikan. Mengabaikan kesehatan fisik dan psikis akan berdampak buruk
terhadap diri Anda dan keluarga yang sakit (Bernhard, 2014).
Kunci dari keberhasilan
dalam mendampingi individu adalah untuk menemukan keseimbangan (keadaan normal)
yang baru. Tentu keadaan ini tidak akan sama persis seperti sedia kala.
Menghadapi penyakit kronis bersama keluarga dapat memberikan pengalaman baru
sekaligus menumbuhkan makna dan sudut pandang baru khususnya bagi individu yang
mengalami sakit kronis.
Kenali kapan waktunya Anda membutuhkan bantuan
Ketika strategi
di atas ini tak efektif, mungkin inilah saatnya Anda mencari bantuan dari
tenaga ahli. Mengenali kapan waktu yang tepat untuk meminta bantuan sangat
penting untuk mencegah masalah menjadi berlarut.
Tanda-tanda
Anda membutuhkan bantuan tenaga ahli adalah sebagai berikut:
·
Ketika
penyakit kronis mewarnai setiap interaksi keluarga
·
Ketika
strategi yang diterapkan, baik individu yang sakit maupun anggota keluarga,
gagal memenuhi tuntutan perawatan
·
Ketika
satu atau lebih anggota keluarga menerapkan strategi berkomunikasi yang
reaktif, didasari kecemasan,
·
Ketika
keluarga masih terpaku pada fase krisis dan sulit beradaptasi dengan keadaan
baru
Konseling
keluarga dapat membantu keluarga untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang
baru pada saat keluarga menerima vonis. Melalui konseling ini, keluarga
diedukasi tentang penyakitnya dan setiap anggota keluarga diajarkan cara yang
efektif untuk menghadapi permasalahan ini (Lawrence, 2012).
Referensi
Lawrence, Erika. (2012). The impact of chronic illness on the family. IGLiving, 20-25.
Retreived from: http://www.IGLiving.com
KLINIK PSIKOLOGI Pelangi Cibubur
Amsterdam Boulevard i.1 No 16
Kota Wisata, Cibubur 16968
(Rumah Ballet Destreza dan Elfa’s Music Course )
http://klinikpelangi.com/
klinikpelangi@gmail.com
0812-911-86-736
Klik Lokasi kami