ditulis oleh Reneta Kristiani, M.Psi
Momen
Hari Raya Idul Fitri merupakan saat yang tepat untuk saling bermaaf-maafan.
Namun sebelum memaafkan orang lain, sudahkah kita memaafkan diri sendiri?
Mengapa
Kita
Perlu
Memaafkan
Diri
Sendiri?
Kita seringkali menyalahkan diri
sendiri tanpa kita sadari. Misalnya kita menyalahkan kekurangan kita, seperti:
tubuh yang gemuk, sifat yang pemalas, merasa kurang kompeten, dsb. Kita juga
sering menyalahkan kondisi, seperti kesehatan yang menurun dan bagaimana respon
orang lain terhadap kita. Bahkan bila ini menjadi kebiasaan, kita juga akan
menyalahkan sesuatu yang sebenarnya terjadi di luar kendali kita, seperti cuaca
yang buruk, jadwal pesawat yang tertunda, dan perasaan orang lain. Gejala umum
yang sering terlihat bila kita sering menyalahkan diri sendiri adalah kita
terus-menerus meminta maaf di setiap kondisi. Misalnya bila pasangan tidak
menyukai film yang kita pilih, kita akan
meminta
maaf. Jika hasil masakan gosong,
kita meminta maaf. Apalagi bila ditambah kata-kata “Bodohnya aku, maaf ya”.
Sikap menyalahkan diri sendiri itu membuat kita sulit melihat hal-hal baik dari
diri dan keberhasilan yang sudah kita capai. Akibatnya kita menjadi kurang
percaya diri. Seperti seorang bapak yang memiliki 3 anak yang sudah dewasa.
Satu anaknya sudah menjadi pengusaha sukses. Anak yang lain menjadi peneliti
yang sering ikut konferensi ke luar negeri. Anak lainnya adalah seorang pecandu
narkoba. Bapak ini menyalahkan dirinya dan menganggap tidak bisa mendidik anak
karena salah satu anaknya
menjadi seorang pecandu. Ia lupa melihat keberhasilan dua anaknya yang lain.
Pentingnya
Memaafkan
dan Menerima
Diri
Sendiri
Menyalahkan dan menolak diri sendiri
justru membuat batin kita semakin merasa sakit. McKay dan Fanning (2000) dalam
bukunya mengenai Self-Esteem mengatakan
bahwa menyalahkan dan menolak diri sendiri akan merusak struktur psikologis diri
kita yang sebenarnya membuat kita tetap bersemangat hidup. Mengapa demikian?
Karena salah satu kelebihan manusia dibandingkan
hewan
adalah kesadaran akan dirinya (awareness
of self) dimana manusia memiliki kemampuan untuk membentuk identitas diri,
untuk mendefinisikan siapa
dirinya,
dan memberi nilai apakah ia
menyukai
identitas tersebut atau tidak. Bila kita menyalahkan diri sendiri, akibatnya
kita akan membatasi kemampuan kita untuk mengeksplorasi diri kita yang
sebenarnya. Misalnya, kita menjadi
tidak
berani mengambil resiko dalam kehidupan sosial, akademik, karir dan pekerjaan.
Kita juga menjadi sulit
membuka diri terhadap orang lain. Kita akan terlalu memaksakan diri untuk memenuhi standar yang tinggi (perfeksionis) atau
sebaliknya,
kita akan cenderung
mudah menyerah dan menghindari tugas. Adapula yang akhirnya mengalami kecanduan belanja,
makanan, alkohol, narkoba, games
dll.
Understanding,
Accepting, and Forgiving
Untuk dapat memaafkan diri sendiri,
kita perlu memahami dan menerima diri kita. Hal ini berarti melepaskan yang
sudah berlalu
(letting go of the past), menghargai
diri sendiri saat ini (reaffirming self-respect
in the present) dan melihat pada masa depan yang lebih cerah (looking forward a better future). Biasanya
saat melakukan kesalahan, pikiran negatif kita otomatis akan menyalahkan diri
sendiri. Akibatnya kita terjebak pada masa lalu dan sulit melangkah ke masa
depan. Untuk itu, pola pikir seperti ini perlu kita ubah. Misalnya, kita
menyesal telah marah-marah dan berteriak pada anak kita. Pikiran negatif yang
muncul secara otomatis akan mengatakan “kita ini bukan orangtua yang baik”, “kita
tidak layak menjadi
orangtua, dll”. Bila pikiran negatif ini muncul, cobalah dilawan dengan
mengatakan “Oke,
saya memang sudah membuat kesalahan. Tadi saya marah-marah dan berteriak kepada
anak karena saya tidak bisa mengendalikan diri. Namun itu telah berlalu. Saat
ini saya sedang mencoba memaafkan
diri saya. Saya akan berusaha lebih tenang bila menghadapi situasi serupa. Saya
akan mengingatkan anak saya dengan cara yang lebih baik.” Ingatlah tiga prinsip dasar memahami (understanding), menerima (accepting)
dan memaafkan (forgiving) diri sendiri sebelum
kita memaafkan orang lain.
Selamat bermaaf-maafan !
Sumber referensi :
McKay,M,Ph.D & Fanning,P.(2000). Self Esteem (3rd edition). USA
: New Harbinger Publication, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar