Rabu, 15 Juli 2015

Sudahkah Kita Memaafkan Diri Sendiri?



ditulis oleh Reneta Kristiani, M.Psi
Psikolog Anak Klinik Psikologi Pelangi
Editor : Bagia Arif Saputra


Momen Hari Raya Idul Fitri merupakan saat yang tepat untuk saling bermaaf-maafan. Namun sebelum memaafkan orang lain, sudahkah kita memaafkan diri sendiri?

Mengapa Kita Perlu Memaafkan Diri  Sendiri?
Kita seringkali menyalahkan diri sendiri tanpa kita sadari. Misalnya kita menyalahkan kekurangan kita, seperti: tubuh yang gemuk, sifat yang pemalas, merasa kurang kompeten, dsb. Kita juga sering menyalahkan kondisi, seperti kesehatan yang menurun dan bagaimana respon orang lain terhadap kita. Bahkan bila ini menjadi kebiasaan, kita juga akan menyalahkan sesuatu yang sebenarnya terjadi di luar kendali kita, seperti cuaca yang buruk, jadwal pesawat yang tertunda, dan perasaan orang lain. Gejala umum yang sering terlihat bila kita sering menyalahkan diri sendiri adalah kita terus-menerus meminta maaf di setiap kondisi. Misalnya bila pasangan tidak menyukai film yang kita pilih, kita akan meminta maaf. Jika hasil masakan gosong, kita meminta maaf. Apalagi bila ditambah kata-kata “Bodohnya aku, maaf ya”. Sikap menyalahkan diri sendiri itu membuat kita sulit melihat hal-hal baik dari diri dan keberhasilan yang sudah kita capai. Akibatnya kita menjadi kurang percaya diri. Seperti seorang bapak yang memiliki 3 anak yang sudah dewasa. Satu anaknya sudah menjadi pengusaha sukses. Anak yang lain menjadi peneliti yang sering ikut konferensi ke luar negeri. Anak lainnya adalah seorang pecandu narkoba. Bapak ini menyalahkan dirinya dan menganggap tidak bisa mendidik anak karena salah satu anaknya menjadi seorang pecandu. Ia lupa melihat keberhasilan dua anaknya yang lain.

Pentingnya Memaafkan dan Menerima Diri Sendiri
Menyalahkan dan menolak diri sendiri justru membuat batin kita semakin merasa sakit. McKay dan Fanning (2000) dalam bukunya mengenai Self-Esteem mengatakan bahwa menyalahkan dan menolak diri sendiri akan merusak struktur psikologis diri kita yang sebenarnya membuat kita tetap bersemangat hidup. Mengapa demikian? Karena salah satu kelebihan manusia dibandingkan hewan adalah kesadaran akan dirinya (awareness of self) dimana manusia memiliki kemampuan untuk membentuk identitas diri, untuk mendefinisikan siapa dirinya, dan memberi nilai apakah ia menyukai identitas tersebut atau tidak. Bila kita menyalahkan diri sendiri, akibatnya kita akan membatasi kemampuan kita untuk mengeksplorasi diri kita yang sebenarnya. Misalnya, kita menjadi tidak berani mengambil resiko dalam kehidupan sosial, akademik, karir dan pekerjaan. Kita juga menjadi sulit membuka diri terhadap orang lain. Kita akan terlalu memaksakan diri untuk memenuhi standar yang tinggi (perfeksionis) atau sebaliknya, kita akan cenderung mudah menyerah dan menghindari tugas. Adapula yang akhirnya mengalami kecanduan belanja, makanan, alkohol, narkoba, games dll.      

Understanding, Accepting, and Forgiving
Untuk dapat memaafkan diri sendiri, kita perlu memahami dan menerima diri kita. Hal ini berarti melepaskan yang sudah berlalu (letting go of the past), menghargai diri sendiri saat ini (reaffirming self-respect in the present) dan melihat pada masa depan yang lebih cerah (looking forward a better future). Biasanya saat melakukan kesalahan, pikiran negatif kita otomatis akan menyalahkan diri sendiri. Akibatnya kita terjebak pada masa lalu dan sulit melangkah ke masa depan. Untuk itu, pola pikir seperti ini perlu kita ubah. Misalnya, kita menyesal telah marah-marah dan berteriak pada anak kita. Pikiran negatif yang muncul secara otomatis akan mengatakan “kita ini bukan orangtua yang baik”, “kita tidak layak menjadi orangtua, dll”. Bila pikiran negatif ini muncul, cobalah dilawan dengan mengatakan “Oke, saya memang sudah membuat kesalahan. Tadi saya marah-marah dan berteriak kepada anak karena saya tidak bisa mengendalikan diri. Namun itu telah berlalu. Saat ini saya sedang mencoba memaafkan diri saya. Saya akan berusaha lebih tenang bila menghadapi situasi serupa. Saya akan mengingatkan anak saya dengan cara yang lebih baik.” Ingatlah tiga prinsip dasar memahami (understanding), menerima (accepting) dan memaafkan (forgiving) diri sendiri sebelum kita memaafkan orang lain.

Selamat bermaaf-maafan !

Sumber referensi :
McKay,M,Ph.D & Fanning,P.(2000). Self Esteem (3rd edition). USA : New Harbinger Publication, Inc.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar